18). Hanya Bola mata?

26 16 8
                                    


"GUE SUKA......."

Piter mencerna setiap kata demi kata. Ia masih mencapai pundak gadis itu dan mulai ber-angan santai.

"Suka apa?" tanya Ira dengan jutaan kata penasaran.

"GUE SUKA BOLA MATA LO"

Ira menepuk kasar tangan Piter yang berada di pundak nya. Sikap nya agak kesal dengan tingkah pimplan pria ini.

"Hanya bola mata?" tanya nya ingin memastikan.

"IYA"

Piter hanya menyahut enteng dengan nada sok membuat penasaran. Padahal Ira sedikit berharap lebih! Dan semua itu sirna dikarenakan kata 'hanya bola mata'.

"Lo pasti ngarep lebih? Otak Lo kepikiran kalau gue mau nembak? Sorry ya, gue gak sudi jadi pemulung mantan pacar sahabat sendiri!" ralat Piter menjelaskan.

"Gue juga gak sudi kalik jadi pemulung mantan nya kak Aster!" balas Ira tak kalah keren dari Piter. Sumpah demi langit yang gak pernah runtuh, Ira gak akan pernah ngalah sama cowok bengis kayak Piter.

"Pantesan Lo di putusin sama Neuson?"  Serang Piter membuat Ira menutup mulut rapat-rapat hingga suasananya sunyi tak terkendali.

Gadis ini sempat diam, tapi mulutnya terpelonjat ingin berbicara lagi. Ia benar-benar tidak terima dengan perlakuan pria ini.

"Bentar, maksud Lo ngomong kayak gitu apaan ya?" tanya nya dengan tatapan sinis.

"Pantesan Lo diputusin Neuson. Cantik enggak? Pintar juga enggak? Mau nyervis bola voli aja udah kayak mau mukul bangunan sekolah yang beratnya ratusan ton! Gak punya kesempurnaan sedikit pun!" ejek nya secara terang-terangan.

"Eh pembunuh berantai. Lo apa bedanya sama gue? Sadar, Lo juga dipusin sama Kak Aster. Hubungan Lo jauh lebih parah daripada gue. Tuh video udah nyebar banget di jejaring sosial!" Sahut Ira tak mau kalah. Enak saja hanya memojokkan sendirian, dan Ira tidak akan kalah dengan hinaan murahan dari Piter.

"Untuk ukuran cowok se-keren gue. Gampang banget bersihin nama baik!" Ungkap Piter santai. Namun terpikir di benak Ira. "Bener juga sih. Sekira dia itu cowok famous. Tinggal balikkan telapak tangan, pasti semuanya bakalan clear. Enak banget sih jadi orang kayak Piter," batin Ira seakan terpengaruh oleh akal-akalan Piter.

"Terserah!" Jawabnya singkat menyudahi perdebatan.

Ira meninggalkan Piter sendirian di samping toilet. Ia sangat frustasi dengan tingkah bawel pria ini. Sebentar lagi akan pergantian jam, ia lebih memilih pergi mengganti pakaian.

*****

Tubuh nya sampai di kelas terpopuler bagi sekawanan anak domba. Mereka selalu terlihat kompak dalam melakukan sesuatu. Bulan menghampiri Ira yang sedang sibuk merapikan pakaian olahraga nya.

"Darimana aja Lo?" Jerit Bulan yang nadanya memang tidak bisa dipelankan sedikit saja. Anak ini terkenal dengan teriakan suara yang menggelegar membahana ke jagat raya.

"Toilet," jawab nya singkat. Ira langsung duduk di kursi seraya pura-pura sibuk membuka lembaran buku.

"Sumpah Ira. Lo itu jadi trending topik tau gak? Enggak Neuson, sekarang Piter." Pemberitahuan Bulan cukup membuat Ira memandang tak suka. Ia sudah muak mendengar nama Piter, si pria kasar tak berperasaan. Apalagi nama Neuson, satu-satunya pria pembohong yang membuangnya bagaikan sampah ulung.

"Lo pakai pelet apa sih?" Bulan mendekatkan wajah nya ke arah Ira membuatnya benar-benar terkejut!

"Gue gak pakai pelet!" jujur Ira disertai muka yang kurang senang mendengarnya. "Masa iya sahabat gue sendiri nuduh gue pakai pelet. Tapi ya sudah lah, namanya juga Bulan yang selalu ngomong tidak berfaedah." Ira berbatin maklum akan ucapan Bulan yang selalu asal-asalan.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang