14). 27 Angka Putus

38 22 35
                                    

"SEHARIAN TANPA ADA KABAR!"

27 Mei 2018***

Untaian langit terus berginang mendung. Rentehan angka-angka yang bersembunyi di balik bulan mulai menampakkan dirinya. Sesamping rumah menjadi sangat sering di taburi oleh rinai hujan. Pagi ini, Ira membuka kelopak bola mata nya. Gadis ini langsung memfokuskan kesibukan ke arah layar ponsel.

"Gak ada kotak masuk sama sekali," ucapnya sempoyongan, ia sedang tidak memiliki kekuatan untuk bahagia. Yah, bahagia juga butuh energi. Kalau ambruk tidak bertenaga, gimana mau bahagia. Keluarin energi!!

"Ira, cepat mandi! Hari ini, mami anterin kamu ke sekolah!"

Tak ada panas! Tak ada musim semi! Di indonesia pun belum pernah dijatuhi musim salju beruntun! Nera tiba-tiba berniat mengantar Ira ke sekolah, biasanya tidak. Ada udang di balik batu? Mungkin, Nera hanya sekedar mengkhawatirkan kondisi Ira yang sering drop ketika terkena percikan air hujan.

Semua orang juga tahu, bahwa Ira alergi air hujan karena ia akan cenderung bersin tak berhenti atau malah tiba-tiba pingsan tak terdefinisi. Neuson juga mengetahuinya, oleh karena itu pria ini membenci hujan. Tapi sebenarnya, Ira tidak terlalu membenci hujan. Malahan, ia sangat menyukainya!

"Morning, mami!" Ira menuruni anak tangga dan bergegas menuju meja makan. Ia menatap Nera. "Mi, ada panggilan masuk dari Neuson gak?"

"TIDAK ADA!"

Semuanya berlalu begitu saja, gadis ini semakin meloyo. Tak bersemangat! Ia seolah sedang dilupakan atau merasa sedang dibenci oleh Neuson. Mungkin pria itu kesal dengan mulut ngeyel si Nera di acara kemarin.

°°°°°°°

Setibanya di sekolah, gadis itu berjalan seperti zombie. Ia bahkan tidak melirik, seperti kehilangan asupan vitamin. Mata nya melongo bak badai kehilangan asupan darah. Dia sebenarnya Gegana!

Menunggu bunyi bel berdentang, dirinya menaiki tiang sendi bangunan sekolah. Ia duduk disana dan terus menunggu kedatangan Neuson. Namun, ia tak kunjung sampai. Neuson mengambil jeda absen hari ini. Keterangan nya ialah ijin, tanpa penjelasan yang lebih detail lagi.

"Kebakaran!" Jahil si Bulan meneriakkan gendang telinga Ira. Seketika itu Ira bangkit berdiri terpelonjat kaget. "Mana? Mana? Mana apinya? Ambilkan air!" jurus andalan memerintahnya sebagai chemistry ketua kelas mulai bergesit. Ira melompat-lompat kaget.

"Prankkkk!" Jerit Bulan sangat bangga karena berhasil mengerjai sahabat lugunya.

Ira menatap Bulan dengan plototan mata sempurna. Tatapan gadis ini berubah seperti aktor film ber-genre horror.

"Semoga Tuhan mengampuni segala macam kesalahanmu, wahai Bulan gadis pemuja cermin."

Bulan memutar rambutnya lembut. Ia melihat tingkah sahabatnya yang sedang tak bergairah.

"Muka Lo kusut. Kenapa? Lagi berantem sama suami Lo?" Dia mulai terserang virus kepo. Siapa lagi jika bukan Bulan, sahabat yang akan selalu kepo sampai dirinya mengetahui jawaban yang ia inginkan.

"Bisa dibilang begitu. Dari semalam gak ada kabar sama sekali tentang Neuson." Jelas Ira tak kuat berbincang, sebelum mendapat kabar dari Neuson ia akan sulit bernafas lega.

"Gila tuh orang. Masa sahabat gue dibuat jadi kayak zombie gini sih. Kalau gue ketemu sama tuh orang, pengen gue bejak-bejak rasanya." Geram Bulan.

"Alay Lo! Gue yang pacarnya aja nggak sampai segitunya," cakap Ira memunculkan sedikit senyumannya.

"Gitu dong happy. Ya udah deh Ra, mending sekarang kita ke kelas. Udah bel tuh! Soalnya gue ogah berurusan sama pak Herkules!"

Nasehat Bulan ada benarnya juga. Dan tentu memang benar! Ira mencoba untuk mengendalikan diri dan menunggu sedikit lagi. Ia yakin Neuson tidak akan menggantungkannya pada keraguan rasa.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang