49). Ada Apa Dengan Mars&Jupiter?

16 12 0
                                    

Dringgggg...

Jam mini form di atas meja belajar Ira berdering nyaring sehingga membangunkan sang tuan putri yang sedang terlelap tidur.

Hari yang bersinar laksana cahaya abadi tak membuat dunia Ira berkilau, malahan gadis ini hampir tak bangun karena begadang memikirkan beraneka ragam permasalahan hidup.

Tanggung jawab untuk sekolah membuatnya terpanggil untuk mempersiapkan diri dan beranjak ke sekolah dengan mobil pribadi yang langsung di setir oleh pak Tono.

"Pagi non," sapa pak Tono dengan senyum lebarnya.

"Pagi!"

Dia memang menjawab namun tidak ikut menyertakan senyuman manisnya.

Pak Tono menyetir fokus ke mobil tanpa ingin bertanya lebih kepo kepada Syira.

Sesampainya di sekolah, Ira pergi ke kelasnya dan lupa berpamitan dengan pak Tono. Hal ini tak biasanya ia lakukan, dan pak Tono hanya bisa menatap bingung sendiri lalu pergi kembali untuk melanjutkan pekerjaannya.

Lamunan yang Ira ciptakan menjadi pecah ketika berpapasan dengan dua figur humoris ini.

"Hai Mars! Hai Jupiter!" Dengan antusiasme Ira melambaikan tangan sambil menyodorkan sapaan paling meriah namun hanya didiamkan oleh kedua orang itu.

Kepalanya digaruk walaupun tak gatal, Ira hanya mampu meneguk ludah dan menganggap semuanya sebagai angin lalu.

Ira kembali fokus pada peraduaannya, ia pun pergi beranjak ke kelasnya.

Masih sama, masih tidak ada perubahan karena kini Ira tetap saja melamun tanpa mau membuka mulut. Bulan menatapnya heran, jujur meski masih dalam keadaan tak saling menyapa, perempuan ini tetap saja mempedulikan tingkah dari sahabatnya.

"Lagi kena karma Lo," cibir Bulan yang dibalas Ira dengan plototan mata lekat namun tetap tak ada jawaban.

"Bukan urusan gue juga kok," ujar Bulan menilik sinis. "Yaudah diam!" Hindar Ira dari perbincangan wanita yang dulu pernah menjadi sahabatnya. Eh, ralat mungkin sekarang hanyalah sekedar 'mantan sahabat'.

Mereka berdua masih dalam posisi menjauh, tak saling memaafkan dan yang tersisa hanyalah buih-buih kebencian.

Saat ini, Ira masih sangat kecewa dengan perlakuan Bulan. Dan untuk memaafkan hanyalah pilihan tersulit saat ini.

*

          *

Dengan langkah pelan, Ira kembali menjelajahi jejalanan sekolah. Tanpa disengaja ia kembali melihat sosok familiar yang sangat ia benci bahkan melebihi kebenciannya pada Bulan.

"Papi!" Ruahnya dari kejauhan.

Sosok seorang pria dengan pakaian lesu dan tak memiliki energi untuk hidup sedikit pun, pria yang terlihat menyedihkan itu kini mendekati peraduan Ira.

"Anakku!"

"Untuk apa anda berada disini?" Gadis ini hanya melontarkan umbaran kebencian karena hatinya selalu diliputi oleh dendam dan memory mengenai kejadian ketika sosok Ayahnya pergi begitu saja, lenyap ditelan bumi bagai tak peduli dengan keadaan anak dan istrinya.

Boby berjalan sempoyongan seperti tidak memiliki energi untuk membangun kehidupan lagi.

"Papi sakit?" Tanya Ira dengan kepeduliannya, namun tetap arogan untuk mengakuinya.

"Iya nak, tapi papi akan bisa sembuh jika melihat wajahmu. Papi merindukan mu, anakku!"

Hati yang keras akan diruntuhkan oleh kesejukan, namun dendam pahit tidak akan mudah untuk dicairkan. Kesalahan masa lalu terlalu sulit untuk dilupakan.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang