7). Pembayaran Piutang

49 29 43
                                    

Seorang gadis berjalan menyusuri tiap helai koridor kelas. Ia berjalan sempoyongan dengan hakikat menundukkan kepala. Takut.

Teriknya cahaya pagi membakar sekujur badannya. Membakar kulit dan memerciki kepalanya.

Sesosok tiga pria berhenti tepat dihadapannya. Seorang pria buru-buru mengulurkan tangan, menarik kepalanya dan mengacak-acak rambut sebahu Ira.

Piter menatapi Ira, bola matanya terbuka sempurna dengan mimik meninggi namun tak mampu berperilaku kasar.

"Setoran hari ini," pinta Piter dengan nada yang meninggi.

Ira mengangkat kepalanya, menengadahkan ke atas. Ia mencoba membantah aturan aneh dari Piter, pria yang sangat egois sadari ia mengenalnya. Walaupun dalam hati, jantung Ira rasanya mau copot. Takut dengan lemparan kejahatan yang akan dilakukan oleh Piter.

"Kan Ira udah kasih tau Piter. Ira gak suka pemalakan. Jadi, Ira gak bakalan bayar sepeser pun."

"Lo berani sama STARLIGHT?" Bentak Piter dengan sorotan mata membulat sempurna.

Ira segera memundurkan kakinya satu langkah, ia hendak pergi namun terkejut dengan tangan pria yang tiba-tiba memegangnya. Kulitan lembut berwarna putih yang tak begitu ia sukai. Kini, entah dengan alasan apalagi membuat Piter harus menggandeng Ira.

"Jangan sakiti Ira!" Pinta Ira dengan wajah memelas dan ketakutan. Ia benar-benar takut dan mulai mengeluarkan keringat dingin.

"Bayar piutang Lo kalau gak pengen disakitin," suruh Piter.

Ira terdiam mematung, ia tak bisa menerima kebijakan pembayaran piutang yang ditetapkan oleh geng STARLIGHT secara sepihak. Ia benar-benar membenci Piter dan melupakan setiap sisi baik pria itu.

"Bayar!" Perintah Piter yang semakin meninggikan intonasi.

Sekali lagi Ira hanya terdiam. Bibirnya tertutup rapat dengan kepala menatap ke bawah. Ira tidak mampu membantah atau melawan, ia hanya menunggu keajaiban sang semesta untuk membantunya pergi dari kesesakan ini.

Pagi yang menakutkan.

"Lepasin Ira!"

Mungkin inilah yang namanya keajaiban. Secara tiba-tiba, terdengarlah percikan suara bijak dari sosok pria yang memberanikan diri akan aturan STARLIGHT. Mereka sibuk dengan tatapan kaget, hanya pemikiran masing-masing yang semakin mengguyur batin.

"Jangan pernah sakitin Ira!" Suruh Neuson dengan bola mata serius, ia menatap Piter dan ingin membantahnya.

"Jadi gini alhasil pacaran sama anak kelas X," desis Mars dengan tajam. Ia begitu menyayangkan sahabatnya yang kini telah menjadi deretan pria takut pacar. Sok berlagak sebagai pahlawan kesiangan ditengah keringnya padang pasir.

Neuson tak menjawab umpatan Mars. Ia langsung meraih tangan Ira dan menepis kasar pegangan Piter. Ia tak terima pacar kesayangannya itu diperlakukan semena-mena oleh sahabat-sahabatnya.

Piter masih berdiri mematung belum bersuara.

"Sejak kapan Lo berubah jadi banci?" Tanya Jupiter dengan nada picik. Ia benar-benar kesal dengan tingkah sahabatnya itu.

"Mungkin sejak pacaran sama Ira," tukas Mars dengan tatapan sinis.

"Cocok banget sih kalian. Pria yang terlalu fokus sama pendidikan plus gadis aneh yang selalu nundukin kepala. Kalian bisa jadi masuk kategori deretan pasangan ter-ancur," ledek Mars meng-kompori Neuson agar mengeluarkan suara. Laki-laki ini ingin melihat seberapa besar nyali Neuson untuk bertahan tanpa sebuah bantuan dari STARLIGHT.

"Neuson si pecundang!"

Neuson sedikit terkejut dengan umpatan sahabatnya sedari kecil. Selama ini mereka tak pernah saling membenci. Entah kenapa jika setiap persoalan yang bersangkutan dengan Syira Vanesa Neuri, selalu saja menjadi perebutan dan ajang perbantahan.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang