55). Akhir Perjanjian

36 3 0
                                    

Piter dan Ira sudah selesai dari rumah sakit, dengan gopohan tangannya Piter membawa Ira untuk pulang lalu menuju ke arah kamarnya.

Tiba-tiba dari arah pintu terdengarlah langkah kaki yang tergesa-gesa ingin segera sampai. Dan kini Nera sudah duduk di atas kasur anaknya sembari mengecek keadaannya.

"Piter, apa yang terjadi dengan Syira?" Setelah mengecek tubuh Ira, Nera pun mengalihkan pandangannya kepada Piter dengan sebuah pertanyaan yang membuat Piter bingung ingin menjawab apa.

Beberapa kali Piter menilik ke arah tatapan mata Ira yang terus geleng-geleng, mungkin anak ini memberinya sebuah isyarat untuk merahasiakan kejadian tadi.

Gadis ini masih terus menatap lelaki itu.

"Please, gue mohon Piter jangan kasih tau mami soal kejadian tadi." Batin Ira.

"Piter, jawab tante. Apa yang terjadi dengan Syira?" Dengan nada yang lebih meninggi lagi, Nera pun semakin antusias mendesak Piter untuk segera menjawab pertanyaannya.

"Ira gak pa-pa kok mi, tadi pas di sekolah gak sengaja nyemplung gara-gara pengen ngambil air buat piket kelas." Polosnya gadis itu langsung menyambar pertanyaan Nera yang membuat keringat di pelipis Piter sedikit mengering.

"Benar itu Piter?" Tegas Nera lagi.

Piter semakin menatap lekat ke arah Ira lalu ia pun menjawab. "Iya tante, yang dibilang Syira benar kok. Tante tenang aja deh, Syira baik-baik aja kok." Jelasnya santai.

Penuturan kedua orang itu membuat Nera berhenti cemas, akhirnya ia pun berniat untuk pergi lagi dikarenakan terdapat beberapa urusan.

Tiba-tiba Nera mengangkat sebuah panggilan yang memang sejak tadi sudah membisingkan ponselnya. Nera sedikit berjalan ke arah pintu kamar Ira lalu mulai berbincang di telepon.

"Baik pak, saya akan segera ke sana!"

Hanya kata-kata terakhir itulah yang dapat didengar jelas oleh Ira dan Piter, selebihnya mereka hanya menatap kedatangan Nera yang sudah berniat ingin pergi.

"Sayang, mami harus balik lagi ke kantor. Maaf yah mami gak bisa nemenin kamu." Sesal Nera.

"Piter, tante titip Ira sama kamu ya. Jagain dia baik-baik, awas lho jangan sampai kejadian ini terulang lagi." Lanjut Nera yang kini sudah menatap Piter dengan mata tajam namun tetap saja masih turut menyertai candaannya.

Piter hanya tersenyum sinis.

"Iya tante, pasti dijagain kok."

Setelah itu, Nera pun pergi dan tulang punggungnya semakin menghilang perlahan. Kini hanya tinggal lah Ira dan Piter saja yang berada disana.

"Gimana keadaan Lo? Ada yang sakit?" Tanya Piter yang sedari tadi memang belum bisa berhenti mencemaskan kondisi Ira.

Gadis ini terus mendesah beban dukanya. Kelihatan sekali jika dia sedang ketakutan.

"Ra, Lo kenapa? Kalau ada masalah bilang ke gue, jangan disimpan sendiri. Okay?" Bujuk Piter yang sedang mencoba memahami tentang keresahan gadis di depan matanya.

"Gue takut sama Aster. Dia orangnya nekad, dan apa jadinya gue tadi kalau gak ada Lo?" Desis Ira sambil melipatkan kedua tangannya yang gemetar lalu air mata kecil perlahan membasahi pipi mungilnya.

Piter mendekati gadis itu dan menarik puncak kepalanya ke dalam sebuah dekapan.

"Jangan takut karena gue selalu ada buat Lo. Gue gak akan pernah membiarkan Aster cs nyakitin Lo apalagi bikin Lo kayak gini lagi. Lo percaya kan sama gue?" Kata Piter.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang