Selasa dengan suasana selaras sama.
Di pagi ini, Ira pun berjalan di sekujur koridor sekolah. Gadis ini sedikit memunculkan senyuman kelegaan di pelbagai bibirnya, menandakan jika dirinya sedang menyembunyikan masalah atau benar memang masih dalam suasana bahagia.
"Kita pisah disini," jelas Piter yang kini telah berjalan mendahului Ira untuk menuju ke kelasnya karena mereka memang dua sejoli yang berbeda tingkatan.
Penjelasan Piter direspon Ira dengan sebuah senyuman kecil yang membuat Piter bisa pergi dengan santai.
Kini, Ira telah meletakkan tasnya ke atas meja lalu menilik ke arah samping.
"Tumben si gadis cermin belum datang, biasanya paling semangat untuk sekolah. Malahan kalau hapsun tuh anak juga yang paling banyak ngeluh, cuman karena alasan enggak pengen libur." Cerocos Ira yang masih belum menduduki peraduannya, anak ini pun memiliki ide untuk mencari sahabat gila sekaligus centil.
Desis helaan nafas.
"Gue cari aja deh, siapa tau tuh anak nyasar?"
Ira pun melangkah ke depan dan mencari keberadaan Bulan yang belum ia ketahui.
*
*
Arena Perpustakaan.
Bulan sedang sibuk mencari beberapa buku.
"Hey!"
Sapaan itu membuat Bulan berhenti mencari buku, ia menoleh sembari mencari sumber suara dan akhirnya mendapatkan sosok itu.
"Mau apa lagi Lo?" Ujar Bulan dengan cermin yang masih berada lekat ditangannya, namun melihat kehadiran pria itu dirinya pun bereaksi spontan dengan melepaskan cermin andalan itu.
"Masih suka sama cermin pemberian gue?"
Bulan menggigil serasa berada di udara dingin, tubuhnya mulai mengeluarkan keringat.
"Jangan harap hidup Lo bakalan aman ketika Syira melihat semua ini." Tegas Bulan.
Pria ini tersenyum nyengir. "Lagian, gue kesini cuman pengen minta bantuan sama Lo."
Dari seberang sana, nampaklah sosok Ira yang berniat antusias memanggil nama sahabatnya Bulan. Namun, ketika ia melihat kehadiran Neuson bersama Bulan, gadis ini pun membatalkan niatnya untuk menyapa sambil berhenti melangkah untuk menguping sedikit pembicaraan mereka.
"Bantuan apa?" Tanya Bulan menatap emosi.
"Menyatukan gue dan Ira," sahut Neuson.
Bulan tersenyum picik. "Heleh, bukannya Lo sendiri yang udah ngebuang Syira. Belum cukup Lo nyakitin gue? Dan sekarang Lo juga pengen mengganggu kebahagian Ira." Lontar Bulan tak beraturan diimbangi dengan emosi yang meledak hampir sempurna.
"Maafin gue, tapi jujur disaat itu gue memang sudah tidak mencintai Lo lagi. Jadi untuk apa mempertahankan jika kita sudah tidak memiliki perasaan. Sekarang anggap saja itu semua sudah berlalu, dan kita cuman orang asing yang tidak saling mengenal." Cakap Neuson tanpa rasa bersalah sedikit pun yang dipandang oleh Bulan dengan air mata yang menetes perlahan. Ternyata gadis yang terkenal periang ini juga memiliki mental selembek tempe.
"Seperti itu caranya memperlakukan seorang perempuan. Setelah kita pacaran satu tahun, dan ketika rasa itu pudar Lo malah pergi ninggalin gue."
Ira menutup mulutnya dengan kedua jemari lalu menatap miris sembari memalingkan muka.
"Gue gak salah denger kan? Bulan mantannya Neuson?" Desis Ira berkecamuk kekecewaan. "Enggak bisa dibiarin nih!"
Hentakan keras menerpa ruangan perpustakaan yang membuat Neuson dan Bulan menatap lekat ke arah kedatangan Syira dengan raut wajah marahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (Segera Terbit♡)
Teen FictionJangan lupa vote-komen dong! 📝Rank #1 Ocehan [5 September 2020] #3 Syira [5 September 2020] #6 Versus [4 September 2020] #7 Broken Hearted [5 September 2020] #23 Melupakan [19 September 2020] #626 Mimpi [24 Oktober 2020] #27 Sosial [24 Oktober 2020...