6). Garing

53 26 27
                                    

Stand up!

Greeting!!

Good afternoon Mrs. Thank you and see you again!

Siang bernapas dengan selaksa gemericik dentangan bel pulang sekolah. Diantar pulang adalah rutinitas rutin yang acap kali Ira laksanakan.

Ira tak peduli dengan kebinggaran suara motor yang berisik, kakinya tetap berpijak diatas pijakan anak tangga ke-6. Dari kejauhan, ia telah mendengar bunyi mesin pedal motor yang selama ini selalu diingatnya.

"Buruan naik!"

Suara itu menggema begitu saja membuat pelupuk mata Ira tak pernah lelah menatap. Ia menaiki motor blue color secara perlahan. Remaja dengan pakaian seragam putih abu-abu berselimutkan switter hitam pekat, kini sudah melanjutkan perjalanan kearah rumah Ira.

Tak ada bunyi-bunyian sedikit pun. Satu per dua dari harapan yang diukirkan Ira sama sekali tak berwujud. Sudah dua hari berpacaran, namun pria bernama Neuson tetap tidak bisa berlakon romantis.

"Tadi kalian belajar apa?" tanya Neuson dengan lemparan pertanyaan sama seperti kemarin, netral dan tak pernah diubahnya menjadi kata-kata yang tak membosankan. Setidaknya tidak terlihat garing.

"Bahasa Indonesia,Ppkn,Mtk dan Bahasa Inggris" sahut Ira dengan loyo tak bergairah sama sekali.

"Pembelajaran nya mudah gak?" tanya lagi.

"Ihh,Neuson. Dari kemarin nanya itu melulu. Sebelll deh?" Ira mendengus sebal tidak terima dengan kegaringan pria ini.

"Trus gue harus gimana lagi?" pria itu pura-pura amnesia tak ingat, padahal seluruh pria sangat handal dalam berperan romantis. Bukan seperti perlakuannya saat ini.

Sebuah intonasi membisukan penuturan melodi suara. Asalnya, mereka terlihat dihimpit kecanggungan dan terjadi suasana sunyi beberapa menit kemudian. Ira menggigit bibirnya, mencoba menurunkan sedikit gengsi.

"Lo tau gak kalau teman gue beruntung banget" ujar Ira dengan leher yang ia majukan sedikit, mencoba melihat dan menatap reaksi datar kekasihnya.

"Teman Lo kenapa?" tanya Neuson dengan reaksi biasa-biasa saja.

"Setiap hari dia selalu digombalin sama pacarnya" Ira menjelaskan dengan percikan suara gemasnya, saat ini hatinya benar-benar berharap agar Neuson mampu menciptakan suasana romantisme seperti yang dilakukan Piter tadi pagi.

"Emangnya teman Lo yang mana?" tanya Neuson lagi tanpa sedikit mimik peduli. Ia sama sekali tak berniat mendengar ocehan Ira. Hanya saja, ia mencoba menghargai pembicaraan kekasihnya itu.

"Namanya Laura, satu kelas sama Lo. Kenal kan?"

Kali ini pria itu terdiam sunyi sembari mencerna.

"Kenal. Cowoknya punya mantan 100 orang. Dan teman Lo Laura adalah pacar ke-101"

"Emangnya kalau Ira pengen diromantisin, berarti Neuson harus punya mantan 100 dulu dong?" kilah Ira dengan sedikit kecewa. Ia tahu bahwa Neuson baru memiliki 5 mantan pacar. Itu artinya jika ingin Neuson romantis, ia harus menunggu anak itu ganti pasangan sebanyak 95 kali.

"Enggak gitu juga, Ira" sanggah pria yang sedang menyetir motor dengan sebuah senyuman manis.

"Maaf tadi Neuson gak peka. Ternyata Ira juga pengen kayak Laura" ujarnya lagi dengan santai sembari cengar-cengir.

"Neuson peramal kayak Dilan ya?" tanya gadis aneh dengan logika absurdnya.

"Jangan samain gue sama Dilan, karena gue gak ganteng apalagi kaya"

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang