Mereka berdua belum beranjak dari lapangan sekolah. Saling bertatap canggung tanpa sebuah kedipan. Namun, kesunyian itu segera dipecahkan oleh kedatangan sesosok pria tampan berkulit putih. Neuson!"Kalian ngapain disini?" tanya Neuson sedikit kaget dengan pertemuaan Ira dan Piter yang sepertinya bukan hanya sekedar kebetulan. Ia juga disodorkan dengan keberadaan switter kesayangan Piter ditubuh Ira.
Keadaan sekitar belum ramai, murid-murid Sinota belum memadati sekolah, untung saja waktu masih memberi kesempatan untuk membuat Ira mengetahui jawaban Piter.
"Kalian berdua habis main petak umpet ya? Berantakan banget!" tanya Neuson lagi, ia merapikan rambut kekasihnya yang berantakan dan kusut. Namun tetap tak ada jawaban dari mereka. "Ra, kekelas yuk! Gue anterin" lanjut Neuson mengajak kekasihnya pergi.
"Sebentar, Neuson!" pekik Ira seketika.
"Kenapa?" Neuson kembali menyertakan pertanyaan binggungnya, ia sangat tidak tahu sedang terjadi apa disekitaran dua manusia ini.
Dua orang ini memindahkan tatapannya kearah Neuson yang terus bertanya. Ira belum ingin pergi, ia masih ingin mendengarkan ulasan Piter.
"Gue bakalan pergi setelah Piter jawab pertanyaannya," jelas Ira yang semakin membuat Neuson binggung termati kata.
"Kenapa Piter benci sama gue?" pungkas Ira dengan gertakan keras.
Pola segitiga membentuk tempat pijakan mereka. Neuson binggung dengan masalah sahabat dan pacarnya. Ia memang tak mengerti.
"Oke, Lo pengen jawaban kan?" ujar Piter berbasa-basi. Sementara Ira meghela nafas mencoba kuat dengan jawaban apa pun! Alasan apa pun dan ulasan yang semoga saja tidak membuatnya makan hati.
"Simple, karena Lo itu cewek penyebar virus yang gak pantas didekatin. Gue heran deh kenapa Neuson bisa suka sama Lo? Apa mungkin Lo punya pelet?" Namun nihil, jawaban itu diluar prakira Ira. Sungguh menyayat hati dan sangat tidak mungkin dapat keluar dari mulut seorang Piter.
"Mustahil Neuson bisa suka sama Lo, padahal Lo itu terlahir dengan kekurangan extra." Lanjutnya lagi sengaja ingin memancing kebencian Ira.
"Ra, ayo benci gue! Marah sama gue! Kenapa Lo diam aja gue hina? Lo gak pengen mukul gue atau meneriakkan gue sekencang mungkin! Benci gue Syira!" Batin Piter sangat ingin sesosok Syira untuk membencinya saat ini dan detik selanjutnya.
"Dasar cewek dungu yang gak bisa ngapa-ngapain. Fuck you!" Cerca Piter semakin meriah dan memperbanyak kata-kata persetan nya.
Tanpa rasa bersalah, Piter menghina Ira secara langsung. Ia menuding setiap hal tak masuk akal. Ira masih berdiri sembari menggenggam tengannya kuat-kuat. Baginya menghadapi pria jahanam itu butuh tenaga extra.
"Apa maksud Lo ngomong kasar ke cewek gue?" ucap Neuson kehilangan kesabaran. Ia tak terima pacarnya dihina oleh sahabatnya sendiri. Pria ini bergerak maju, siap kapan pun untuk memukul pria didepannya.
"Bro, ngapain sih Lo pacaran sama ni cewek dukun?" Piter sedikit membelitkan pertanyaannya, mencoba meracuni seluruh isi pemikiran baik Neuson tentang Ira.
"Stop, Piter. Gue gak suka sama sikap Lo yang sekarang!" Bentak Neuson geram.
"Lo nyuruh gue berhenti. Harusnya, Lo terimakasih karena gue masih mau ngingetin. Cewek jelek kayak gini kok dipacarin," timpalnya dengan wajah santai. Piter benar-benar tidak sadar dengan perkataan nya itu yang bisa melukai siapa pun yang mendengarnya, termasuk Ira yang ia sodorkan secara langsung.
"PITER!!"
Neuson berlari ke arah Piter hendak memukulinya. Tapi, Ira menahan tangan Neuson. Gadis ini masih berbaik hati dengan tidak menginginkan perkelahian. Meski sebenarnya ia sangat ingin sekali melihat Piter jatuh terluka, namun Ira mencoba tegar dan berpikir positif dengan meredakan sedikit emosi yang meracuni otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (Segera Terbit♡)
Teen FictionJangan lupa vote-komen dong! 📝Rank #1 Ocehan [5 September 2020] #3 Syira [5 September 2020] #6 Versus [4 September 2020] #7 Broken Hearted [5 September 2020] #23 Melupakan [19 September 2020] #626 Mimpi [24 Oktober 2020] #27 Sosial [24 Oktober 2020...