Dilema rasa selalu menaungi sesosok Syira Vanesa Neuri. Pada jam istirahat, tepatnya surga untuk pergi ke kantin, namun itu tidak berlaku lagi bagi Syira.Gadis itu keluar dengan langkah sempoyongan, mulut membisu dan pandangan bola mata kosong. Kakinya dinaikkan ke atas alun-alun tiang sekolah, ia duduk lekat dan masih menujukan pandangan nya ke arah kelas XI.IPS 3.
Mata nya tak berkedip sembari memasukkan kepala nya kedalam pangkuan paha. Gadis itu terlihat sedang bersedih dan dirundung perasaan jelek!
"Sedih aja Lo, Ra!"
Suara itu membuat Ira mengeluarkan kepala nya yang masih keliyengan, ia menarik nya ke arah sumber suara.
"Ehm," respon Ira singkat tanpa menoleh sedikit pun ke arah kemunculan suara.
"Lo udah makan?" tanya Bulan dengan lembut, ia sangat mengkhawatirkan keadaan sahabat nya ini.
"Belum laper," Ira tak peduli dengan kiukkan perutnya. Meski sudah berbunyi berkali-kali, ia tetap menghukum perutnya sendiri untuk tidak menerima asupan makanan.
"Kasian tuh perut enggak Lo kasih asupan tenaga. Nanti, pingsan lagi!" saran Bulan menasehati, mulutnya sedikit bawel. Sedangkan mata tak bisa berbohong bahwa saat ini dirinya sedang sedih meratapi perubahan sikap Ira yang semakin menurun ke arah tak baik.
"Tenang aja, gue emang udah biasa kayak gini" sahut Ira santai.
"Biasa Lo bilang? Eh, gue tahu banget ya kalau Lo itu punya penyakit maag akut dan alergi sama hujan. Dan sekarang, Lo bilang biasa aja. Ra, patah hati boleh. Tapi, jangan sampai Lo bersikap tidak peduli sama kesehatan!" Bulan terus berkomentar sebisanya, ia tidak ingin sahabat serasa saudaranya itu terserang penyakit. "Yaudah, kita ke kantin yuk!" ajak nya lagi.
"Gue masih pingin disini, Lan!" tolak Ira dengan tidak langsung.
"Oke, kalau gitu Lo mau pesan apa?" tanya Bulan sangat menaruh rasa peduli kepada sahabatnya yang sedang dilanda virus kebucinan.
"Enggak usah," Ira menatap nya loyo, mata nya sedikit menghitam seperti panda. Ia masih tetap berada di peraduannya, tidak ingin beranjak kemanapun. Tubuh Ira sama dengan raga yang hampir mati.
"Lo yakin?"
"IYA"
Bulan menggencarkan langkah ke arah kantin. Sekali-kali ia menilik aneh dengan sahabat satunya itu. Kepala nya terus geleng-geleng, mulut monyong nya bergerak ke sana kemari, ia tetap merasa tidak habis pikir dengan tingkah gadis itu.
•••••
Si gadis cermin sampai di kantin, ia langsung memesan dan duduk di sebelah geng STARLIGHT. Piter menatap Bulan dengan pandangan mencari seseorang. Pria ini menatap nya tajam, sehingga sedikit mengganggu ketentraman Bulan.
"Woiii!" Piter selalu berkata keras tanpa intonasi yang bisa dilembutkan sedikit. Ia terlihat bar-bar sekali jika menyapa. Gemericik suaranya cukup membuat Bulan hampir di bawa ke rumah sakit. Sangat menggelegar!
"Astaganaga!" kaget si Bulan.
"Lo enggak bareng Ira? Tuh anak kemana?" tanya Piter sopan.
"Di kelas!" jawab Bulan sekenanya.
"Dia lagi dapet job kerja? Siang-siang gini di kelas, ngapain coba? Atau mungkin masih ngerekap surat pernyataan nikah sama si Piter!" goda si Jupiter melincung jauh ke angkasa.
"Mungkin masih galau tuh karena Neuson. Ternyata sahabat kita yang satu itu, benar-benar pro liga dalam membuat wanita merasa broken hearted" sambung si Mars ikut-ikutan mengacau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (Segera Terbit♡)
Teen FictionJangan lupa vote-komen dong! 📝Rank #1 Ocehan [5 September 2020] #3 Syira [5 September 2020] #6 Versus [4 September 2020] #7 Broken Hearted [5 September 2020] #23 Melupakan [19 September 2020] #626 Mimpi [24 Oktober 2020] #27 Sosial [24 Oktober 2020...