41). Pengumuman Kelulusan

24 15 7
                                    

Keluarlah untuk melindungiku dari hujan, jangan hanya menjadi pengecut yang cuman berani menatap miris dibalik jendela rumahmu...) 💧

Syira Vanesa Neuri
😭

*****

Ira telah sampai pada pijakan lapangan, tempat dimana akan diumumkannya nama-nama pemenang hasil dari seleksi olimpiade kemarin.

Lapangan mulai dipadati oleh kerumunan pelajar Sinota, kebetulan sekali cuacanya sangat cerah sehingga membuat guru memilih untuk mengumpulkan mereka semua disini.

"Selamat pagi anak-anak!"

Sapa Bu Eni selaku kepsek di Sinota, ia terkenal dengan sifat peduli namun sedikit judes dan galak ketika murid-murid ditemukannya berkasus.

"Selamat pagi Bu Guru!"

Setelah para murid menyahut dengan polos, Bu Eni pun mulai menilik seluruh kelengkapan manusia yang berbaris. Namun tak ingin memperlambat waktu, ia langsung berbicara pada intinya saja.

Bu Eni mulai menyebutkan satu persatu nama pemenang seleksi olimpiade yang akan mengikuti olimpiade Nasional ke Jakarta.

"Pemenang seleksi olimpiade Fisika jatuh kepada Aldenio dari kelas XI.IPA 1. Silahkan maju!"

Terdengarlah suara aplosan dari para murid Sinota, yah pria itu memang terkenal jenius dan pintar. "Namanya juga anak Ipa, pasti pintarlah!" batin Ira.

Satu per-satu pemenang dari setiap kategori sudah selesai disebutkan dan sekarang tinggal lah pelajaran Ekonomi. Siapakah dia? Siapakah sosok yang akan menjadi pemenang? Terlebih di kelas X, Neuson juga pernah menyandang sebagai pemenang di seleksi olimpiade sekolahnya sekaligus memperoleh juara ketiga ditingkat Nasional. Semua orang tentunya sudah mengira bahwa sang pemenang adalah Neuson.

"Pemenang seleksi olimpiade Ekonomi adalah......"

Bu Eni menarik nafas tarikan panjang, sehingga membuat semua orang tak sabar mengetahuinya.

"Pemenangnya adalah Syira Vanesa Neuri!" Pungkas Bu Eni dan berakhirlah semuanya, suara tepuk tangan mengarah ke arah gadis aneh itu. Ira melangkah maju tanpa sebuah bentuk kepala yang tertunduk, ia tersenyum bahagia terutama senyuman itu ia sodorkan pertama kalinya kepada pribadi Piter yang sedang memberikan aplos paling antusias.

Sesudah itu, barisan pun dibubarkan. Ketika Ira hendak kembali ke kelasnya, ia melihat sosok Neuson yang melintasinya dengan raut wajah kebencian yang melebar.

"Tunggu!"

Ira menarik lengan Neuson yang sangat mudah untuk ia raih, namun Neuson menepisnya dengan segera.

"Puas Lo sekarang?" Bentak Neuson dengan keamarahan meledak-ledak, bahkan melihat wajah Ira sudah sangat memancing emosinya.

Ira meneguk ludah. "Maafkan Ira. Tapi, Ira tidak punya maksud untuk membuat Neuson marah. Nah, sekarang Ira sudah pintar kan? Jadi, Neuson masih mau balikan lagi sama Ira?" Ucapnya dengan sikap percaya diri yang luar biasa hebat.

Neuson menggeleng sinis, tak habis pikir dengan wanita murahan dan bodoh ini. "Tidur sana! Mimpi yang lebih banyak lagi! Awalnya, gue punya niat buat masih cinta sama Lo. Tapi sekarang, gue makin yakin kalau Lo bukan hanya biang masalah tapi juga makhluk aneh yang selalu merampas segala hak kepemilikan orang lain."

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang