Puncak kesabaran adalah disaat kita memilih diam dan berjuang, padahal sosok itu sudah enggan untuk dipedulikan. Dan kekuatan terakhir yang masih tersisa hanyalah berhenti bersikap bodoh!
~Syira Vanesa Neuri
*****
Syira menoleh ke depan, mata nya memandangi suasana perpustakaan yang sedang dipadati oleh anak-anak camp peserta seleksi olimpiade dari pelbagai jurusan. Mereka semua masih sibuk dengan pembelajaran masing-masing.Mata Ira hanya tertuju pada satu sasaran, yaitu peraduan peserta olimpiade Ekonomi. Ia terus menatap canggung pada sosok pria dengan kesibukan membaca.
"Neuson!" panggil seorang gadis yang berjalan dengan nafas tenang.
Neuson menoleh ke arah suara, melihat sesosok makhluk yang begitu familiar baginya. Reaksi pria itu bergimang datar.
"Boleh bicara sebentar?" tanyanya sesuai dengan aliran nada yang berjalan selaras.
"Ada apa, hmm?" ucap Neuson seraya masih fokus menghapal teori yang ada di dalam buku.
"Untuk terakhir kalinya Ira bertanya. Kenapa Neuson minta putus sama Ira?"
Pertanyaan itu menyeka keringat dipelipisnya. Neuson menoleh ke arah Ira yang sudah diliputi oleh kekhawatiran.
"Ra, sampai kapan Lo terus kayak gini? Enggak capek? Gue pengen, Lo move on dan lupain semua kenangan tentang kita. Paham?"
"Bukan gue yang harusnya capek, tapi Lo Neuson. Apa Lo enggak capek terus berpura-pura menghindar dari gue?" ungkap Ira.
Neuson tersenyum sinis dengan ucapan Ira. Dia bergegas berdiri dan mengangkat bukunya.
PLAAKK.....
Buku itu ia lemparkan ke wajah cantik Ira. Semua peserta olimpiade tercengang menyaksikan hal itu. Perlakuan yang sangat memalukan!
"Aou....," ringis Ira merasa kesakitan. Kepala nya seperti dilintasi oleh beberapa kuantitas belati yang menusuk. Kecepatannya melintas cepat dan ikut menusuk hati nya.
"Pergi dari hadapan gue! Dan jangan pernah minta jawaban apapun lagi!" bentak nya dengan kasar sembari merapikan tumpukan buku-buku olimpiade.
Tak lama kemudian, seorang lelaki masuk ke dalam perpustakaan. Lelaki itu berdiri tepat di sebelah Ira dengan jarak yang begitu dekat.
Ira langsung terpukau kaget memandangi lelaki itu, namun batin nya terasa tenang dengan kehadirannya. Bahkan ia pun tak segan untuk terus tersenyum lekat, tatap demi tatap sorot matanya itu masih terbenam jelas di ingatan nya.
"Masih doyan kasar sama perempuan?" ujar Piter dengan tatapan emosi karena saat ini Neuson telah bertingkah melebihi batasan nya.
Neuson menoleh dan melihat Piter juga secara emosional. Saat Piter akan mengomelinya, tiba-tiba Neuson mulai memberanikan diri untuk menyahut, "Bukan urusan Lo!".
Mendengar hal itu, Piter semakin menantang pria di depan nya. Ia mengambil sebuah buku sembari mengernyitkan dahi dan menatap geram ke arah Neuson.
Ira masih berdiri mematung, ia menatap heran dengan tingkah Piter. Lelaki itu menulis nama Syira Vanesa Neuri tanpa sepatah kesepakatan sedikit pun.
"Mulai hari ini. Ira bakalan ikut seleksi olimpiade Ekonomi. Dan di saat itu pula, kita akan buktikan siapa di antara kalian yang terlihat bodoh?"
Neuson tertegun mendengar perkataan yang di sodorkan oleh Piter. Entah dirinya merasa tersaingi atau takut di kalahkan? Entahlah. Neuson tetaplah Neuson! Sesosok pria dengan ambisi berlipat ganda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On (Segera Terbit♡)
Teen FictionJangan lupa vote-komen dong! 📝Rank #1 Ocehan [5 September 2020] #3 Syira [5 September 2020] #6 Versus [4 September 2020] #7 Broken Hearted [5 September 2020] #23 Melupakan [19 September 2020] #626 Mimpi [24 Oktober 2020] #27 Sosial [24 Oktober 2020...