46). He Is........ (Papi)

25 13 0
                                    

••Butuh orang yang bisa mengusir kesepian, butuh orang yang bisa mendengarkan kisah piluku, dan butuh orang yang selalu ada disisi ketika hidupku hampir tak dapat tertolong lagi••

***

Senja yang indah.

Sepulang sekolah, Ira pun mengistirahatkan otot-otot letihnya di atas sebuah kapuk empuk untuk membaringkan tubuh yang haus akan peristirahatan.

"Non Syira!" Panggil mbok Asih yang saat ini sudah berdiri di depan pintu.

"Iya mbok, ada apa?"

Mbok Asih pun berjalan ke arah meja belajar Ira lalu duduk di lantai.

"Non makannya sudah siap!" Tutur mbok Asih sambil menunjuk ke arah nampan yang sudah penuh dengan nasi beserta lauk pauk ayam goreng dan tak lupa juga si mbok menghidangkannya dengan sebuah nampan ber-merek doraemon. Yah, salah satu faktor yang akan membuat nafsu makan Ira semakin lahap.

"Terimakasih si mbok," ucap Ira berlari antusias ke arah meja lalu langsung melahap makan siangnya sampai habis. Mbok Asih terlihat girang menatap keceriaan Ira, maklumlah mbok Asih terlalu sayang dengan anak ini, anak yang sudah ia asuh selama lima tahun terakhir.

Setelah acara makan siang Ira selesai, mbok Asih pun kembali merapikan meja belajar tersebut. Sementara Ira masih sibuk memainkan ponsel.

Ira melihat beberapa album monokrom kenangan.

"Foto jelek," cercanya ketika melihat dua buah foto tentang dirinya dan Neuson. "Hapus aja deh, ngapain juga gue nyimpan foto mantan? Sungguh tidak berguna dan sama sekali tak pernah menghasilkan keuntungan sedikit pun." Lanjutnya lagi.

Tanpa pikir panjang, Ira langsung menghapus semua foto yang berkaitan dengan Neuson. Nampaknya, gadis ini mulai menanamkan niat untuk belajar melupakan dan dia belum sampai pada fase mengikhlaskan.

"Selesai. Gini kan bagus, jadi gue gak usah lagi mikir-mikir tentang mantan yang sama sekali udah gak punya rasa lagi sama gue." Pikir Ira santai tanpa beban sedikit pun, baginya waktu enam bulan sudah cukup untuk mengejar pria itu. Dan ternyata, orang yang diperjuangkan malah tidak menanggapi. Itu artinya, aktivitas memperjuangkan mantan harus diakhiri saat ini juga.

Terdiam dalam sunyi sambil menilik lekat foto berikutnya.

"Piter," desis Ira dadakan.

Dia memukul kepalanya.

"Ah, apaan sih? Kenapa jadi kepikiran sama si cowok kasar? Pergi Lo dari pikiran gue. Ihhh, sebel." Omel Ira gemas, sudah jelas-jelas bahwa dirinya mulai menaruh rasa pada Piter tapi terlalu gengsi untuk mengakui.

Karena geram dengan pikirannya yang tak sinkron dengan mulut, Ira pun memutuskan untuk tidak menatap ponsel lagi.

Gadis ini pun beranjak keluar sambil memasukkan ponsel ke dalam tas lalu pergi untuk membeli ice cream chocolate it favorite.

Twenty minutes adalah waktu maksimal untuk mencapai toko ice cream. Ira telah sampai tujuan dan langsung memesan ice cream rasa cokelat yang selalu menjadi kesukaannya dalam deretan nomor satu.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang