36). Ajari Aku Caranya Lupa

26 14 2
                                    

Aku kembali upadate lagi. Hey, siapa nih diantara kalian yang paling setia membaca chapter ini sampai ending? Bagus, perjuangkan dan mari lanjutkan!!!

Chapter nya kali ini sedikit panjang ya, tapi gak papalah yang penting kalian tetap paham sama alurnya. Selamat membaca!

+.   +

                 -          -

                                            •°•°•°•°••°•°•°

Lapangan utama masih dipadati murid olahraga untuk bermain. Dua kelas penuh sejarah terlihat sangat antusias untuk berolahraga, terutama seorang gadis dengan kunciran rambutnya yang tengah men-dribbling bola basket. Percikan keringat sehat di pagi hari menyelubungi sekujur pori-pori kulit Ira yang sedang bersemangat bermain basket sendirian.

Lemparan demi lemparan terus ia sodorkan ke arah ring, yang membuat pembobolan bola masuk secara beruntun.

"ARGHH..." Ira berdecak emosi sembari membanting bola basket kuat-kuat diatas tanah. Keringatnya mulai menyatu bersama emosi.

"Mikir apaan sih gue. Sadar Syira, Neuson udah nggak cinta lagi sama Lo. Dia gak pantas diperjuangin," gumam suaranya yang mengecil membuat dirinya sangat ingin mengempeskan bola basket.

"Uhh," Ira mulai memijit kepalanya yang pening dengan menggunakan kedua belah tangannya. "Susah.... Semakin mencoba untuk melupakan Neuson, perasaan cinta gue justru semakin bertambah. Gue gak bakalan pernah bisa untuk move on," kutuk nya sendiri.

"Sendirian aja,"

Suara lembut itu mampu meruntuhkan pandangan gadis ini. Ia menoleh sesaat dan mendapati sesosok pria yang selalu muncul dikala hatinya rapuh. Piter.

"Seperti yang bisa Lo liat sendiri," jawab Ira merespon suara lembut yang telah dicerna oleh gendang telinganya.

"Gimana kabar Lo?" Tanya Piter memastikan.

"Cukup baik," sahutnya ketus sembari mengelindingkan bola basket diatas tangannya.

"Syukurlah. Gue kira setelah kejadian semalam Lo bakalan rapuh dan tak tertolong," dugaan Piter yang ia rasa itu semua adalah kesalahan.

Ira meleletkan lidahnya ke arah Piter dan dipandang serius oleh seorang Piter. Melihat pandangan itu Piter menjadi sedikit khawatir akan perkataan yang hendak gadis ini lontarkan.

"Berapa banyak lagi kebohongan yang Lo rekayasa? Gue tau kalau Lo udah lama mengetahui hal ini. Kenapa Piter? Kenapa Lo selalu bohong demi menjaga perasaan gue?" Jerit Ira sangat geram.

Pertanyaan itu sederhana namun membuat Piter harus berpikir keras. Ia sendiri juga bingung mengapa dirinya selalu ingin melindungi Ira. Semua tindakan itu datang begitu saja tanpa direncanakan.

"Sederhana, karena gue cuman pengen Lo bahagia." Jawabnya sambil memasukkan tangan ke dalam kocek celana dan itu merupakan kebiasaan akut dari seorang Jhonson.

Tatapan Ira tertuju kaget pada Piter dan beralih menatap samping, sedangkan Piter masih menatapnya lekat. Ira mulai melanjutkan pandangannya yang kali ini sudah terfokus untuk Piter.

Move On (Segera Terbit♡)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang