Rafael | 02

54.3K 4K 70
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.

Rafael Arsenio Lavindra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafael Arsenio Lavindra

~~~~~

HAPPY READING ❤️

Rafael mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk melalui matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah ruangan serba putih, ruangan yang tak asing dimatanya.

"Awws..." ia meringis pelan menatap tangan nya yang terpasang jarum infus, dia berdecak kesal kenapa Papanya malah mengirimkan nya ke ruangan terkutuk ini lagi.

Baru saja tangan nya akan mencopot jarum yang menancap di kulitnya, seseorang datang dengan suaranya yang datar.

"Tangan nya jangan nakal, bisa?" Rafael menoleh, dilihatnya Mamanya-Kaela yang berjalan mendekat.

"Mama lepas, sakit." Rafael berujar, wajahnya memelas berharap Mamanya mengerti dan melepaskan benda sialan yan bersarang di tangan nya.

"Iyaa nanti kalo cairan nya udah habis di lepas ya sayang, sekarang mending kamu makan dulu." Kaela berkata lembut. Tangan nya dengan cekatan mengambil bubur yang berada di samping nakas, menyodorkan nya kearah Rafael yang di tolak anak itu dengan gelengan.

"Rafa gak mau."

"Sedikit aja ya sayang, dari pada nanti di marahin Papa lagi."

Rafael menggeleng tegas, dia tidak mau makanan lembek seperti itu. Lagian kenapa juga Papanya malah membawanya ke rumah sakit bukan nya malah kerumah.

Aihhh. Menyebalkan sekali

"Iya, nanti Rafa makan tapi nanti. Mama sini duduk." Rafael bergeser menepuk tempat kosong di sampingnya, menyuruh agar Kaela duduk di samping tubuh nya.

Kaela menyimpan mangkuk buburnya kembali, lalu setelah itu ia menuruti kemauan si bungsu. Duduk bersandar dengan kedua tangan yang mengusap rambut anak nya.

"Kenapa?" tanya Kaela lembut saat anaknya malah memeluk perut nya erat, menyembunyikan wajah nya disana.

"Pengen pulang Mamaaa." Rafael merengek bak anak kecil.

"Rafa tuh gak sakit, Ma. Papa aja yang terlalu berlebihan. Tadi juga Papa udah janji gak bawa Rafa ke rumah sakit, kenapa pas bangun Rafa malah ada disini." Rafael bercerita panjang lebar, mengungkapkan kebohongan Papanya yang begitu banyak hingga melupakan rasa sakit ditangan nya.

Kaela terkekeh gemas, menjawil hidung mancung milik anak nya. "Yaa karena kamu sakit, makanya Papa bawa kamu ke sini."

Toh memang benarkan, kalo anaknya ternyata kekurangan cairan hingga suaminya itu membawanya ke rumah sakit.

"Ishhh, Rafa tuh gak sakit." Rafael tetap kekeh mengatakan jika dirinya tidak sakit, hanya tubuhnya saja yang terasa lemas. keluarganya memang selalu berlebihan.

Kaela terkekeh, lalu menggeleng pelan melihat kelakuan anaknya yang tengah merajuk seperti itu.

Sunggu rasanya Kaela ingin sekali menciumi seluruh wajah anaknya karena saking gemasnya, tetapi lebih baik jangan, ia tidak mau jika anaknya malah semakin merengek dan membuat drama.

Ceklek

Samuel datang dengan membawa kresek putih yang berisi obat-obatan, matanya bersitatap dengan mata istrinya, seolah mengerti Kaela hanya menjawabnya dengan gelengan.

Setelah memberikan keresek jingjingan nya kepada istrinya, Samuel mendekati anaknya, menarik selimut agar dia bisa melihat wajah anaknya lebih jelas.

"Kenapa? Hmm..."

Rafael hanya meliriknya sekilas, dia tak berniat untuk membalas pertanyaan Papanya.

"Ayoo makan dulu, Papa suapin." Samuel berujar lembut, menerima mangkuk dari istrinya yang berisi bubur untuk anaknya.

"Rafa gak mau." Rafael memberenggut kesal, menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut agar terhindar dari suapan Papanya.

Kaela mencoba untuk menarik selimut yang menutupi wajah anaknya. "Liat Mama, hey sayang." sesaat terjadi tarik menarik antara Mamanya dan Rafael yang tetap kekeh mempertahankan selimutnya.

Dengan sekali sentakan, Samuel menarik selimut itu, matanya menghunus tajam menatap anaknya. "Jangan bikin Papa marah, Rafa." suara dingin itu mengalum di telinga nya.

Rafael meneguk ludah nya kasar, melihat Papanya yang seperti ini membuatnya takut, aura intimidasi yang di keluarkan oleh Samuel mampu membuat jantung Rafael berdegup lebih capat.

"Mau Papa paksa lagi biar kamu makan Rafa?! Atau mau Papa panggilin Paman Rex yang sedang berjaga diluar?" Rex adalah bodyguard kepercayaan Samuel yang dutugaskan untuk mengawasi anaknya selama 24 jam penuh.

"Mas-" belum sempat Kaela berucap, Samuel lebih dulu menyela dengan perkataan nya yang begitum menusuk. "Diam Kaela! Sekarang mana yang kamu pilih, Rafa?"

Rafa menggeleng, kedua matanya memerah menahan tangis, sedetik setelah itu tangisan nya pecah saat melihat Papanya masih menatapnya tajam.

"Mau Mama, Huaaa,,,, Hiks Papa mau Mama, mau di suap Mama." hidung Rafael mulai memerah karena menangis, Kaela dengan sigap langsung mengambil alih mangkuk yang berada di tangan suaminya.

"Biar aku aja, Mas."

Samuel mengangguk, melangkah mundur untuk memberikan ruang kepada istrinya.

"Sekarang makan." perintah Samuel yang masih menatap anaknya tajam. Sungguh, Samuel rasanya ingin sekali tertawa melihat wajah anaknya yang sangat menggemaskan.

Dengan masih sesegukan Rafael mengusap hidung nya yang terasa gatal, kepalanya mengangguk menerima suapan dari Mamanya.

Lebih baik ia makan ketimbang harus di tatap tajam oleh Papanya membuat bulu kuduknya merinding takut. Papanya memang tak main-main dalam berucap.

REVISI
KAMIS, 30 SEPTEMBER 2021

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang