Rafael | 03

47.9K 3.4K 75
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE!

FOLLOW DULU DONG!
.
.
.

hobiku nangis, kalo gak nangis gak seru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

hobiku nangis, kalo gak nangis gak seru

Rafael Arsenio
~~~~~

HAPPY READING ❤️

"Papaaa, besok Rafa boleh sekolah kan?" Rafael berlari kearah Samuel yang sedang mengobrol bersama Kakaknya, jangan lupakan kini Mamanya sedang sibuk menyiapkan makan malam.

"Rafa jangan lari nanti jatuh." teriak Daniel-Kakaknya.

Daniel Arsen Lavindra, pengusaha muda di usianya yang menginjak 22 tahun, Daniel juga merangap sebagai dokter muda untuk melanjutkan perusahaan Kakeknya di rumah sakit. Maka dari itu, Kakaknya lebih protectif mengenai hal-hal kecil yang dilakukan adik bungsunya itu.

Apalagi adiknya itu sangat aktif, membuat keluarganya harus lebih waspada dalam membatasi setiap pergerakan Rafael, mulai dari pertemanan, makanan atau apapun itu pasti akan terus di pantau.

Dan Rafael cemberut, ia hanya bisa menurut. Setelah mendudukan tubuhnya di samping Kakanya, Rafael masih menatap Papanya penuh harap.

"Bolehkan, Pa?" tanya nya sekali lagi.

"Ga boleh." itu bukan suara Papanya, melainkan Kakaknya yang kini malah menatapnya tajam.

"Masa baru ikut MOS sekali udah langsung libur aja?!" decaknya tak suka. Toh tubuhnya juga tidak papa, tidak lemas ataupun panas seperti tadi siang, tapi kenapa keluarganya malah melarangnya sekolah?

"Emang kenapa kalo langsung libur? Kan gak ada larangan nya tuh." sambung Kaela dengan meletakan beberapa makanan di meja. Matanya menap Rafael gemas. " Kamu bawel, mirip Mama. "

"Ishhhh Mamaaaa,,,, pokonya Rafa besok mau sekolah, titik."

"Kok bilang ke Mama? Coba sana bilang Papa." tantang Kaela karena bagaimanapun keadaan nya, suaminya pasti akan melarang Rafael untuk melakukan aktifitas berat, apalagi anaknya ini baru pertama kali mengikuti kegiatan MOS, sampai akhirnya anak itu dehidrasi dan kekurangan cairan hingga harus dirawat untuk bebera jam di rumah sakit.

Rafael kembali menatap Papanya, binar di kedua matanya terlihat sangat jelas jika anak itu sangat ingin sekolah.

"Bolehkan, Pah?"

"Gak."

"Ishhhh." Rafael greget dengan jawaban Papanya, singkat sekali.

Sedangkan kini Kaela tengah tertawa terbak-bahak, lucu sekali melihat si bungsu merajuk seperti ini. Daniel? Jangan ditanya, kini anak itu tengah fokus dengan makanan di depan nya.

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang