SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!
FOLLOW DULU YOK!
.
.
.Kaela
.....HAPPY READING ❤️
Rafael termenung memikirkan sikap kedua orang tuanya yang perlahan mulai berubah, mulai dari Papanya yang selalu pulang larut malam, Mamanya yang selalu mengurung diri, dan terakhir Kakaknya yang tak pernah pulang sejak kemarin.
Seperti sekarang ini. Sehabis sarapan tadi, tidak ada percakapan sama sekali diantara kedua orangtuanya. Bahkan Rafael yang biasa berceletoh riang sekarang mendadak terdiam memikirkan keanehan yang terjadi di dalam keluarganya.
"Mama." panggil Rafael menerobos masuk ke dalam toilet. Dimana dari pantulan cermin itu Rafael bisa melihat kedua pipi Mamanya sembab sehabis menangis.
"Mama nangis lagi ya?" Rafael memeluk Kaela dari belakang, sesaat Rafael bisa merasakan tubuh Mamanya tersentak saat ia memeluknya tiba-tiba.
Kaela langsung menghapus air matanya kasar. Dia tak ingin terlihat lemah dihadapan anaknya. "Rafa, kok masuk gak ketuk pintu dulu? Gak sopan tau."
Rafael mencebik kesal. "Mama dari tadi Rafa panggil gak nyaut, yaudah Rafa terobos aja." adunya.
Kaela terkekeh, membalikan tubuhnya untuk membalas pelukan hangat dari anaknya. "Maafin Mama ya Nak." gumam Kaela tersenyum sendu.
Rafael melepaskan pelukan Mamanya secara paksa. Tatapannya lurus menatap sorot Mamanya yang tidak seperti biasanya. Tatapan itu terlihat redup, dan tak memiliki semangat lagi.
Seakan mengetahui jika Mamanya tidak dalam keadaan baik, Rafael langsung mengiring Kaela untuk keluar dari toilet, dan mendudukan nya di tepi kasur.
"Mama kenapa? Ayoo cerita sama Rafa." tuntut Rafael sedikit memaksa.
Kaela terkekeh, menyentil kening Rafael pelan sebagai bentuk kekesalan nya. "Mama gak papa tuh, Rafa pikirannya terlalu jauh."
"Kalo Mama gak papa kenapa nangis terus?!" balas Rafael seakan benar-benar menuntut.
Skakmat
Kaela terdiam, mengatupkan kedua bibirnya mendengar pertanyaan itu. Ia pun tak mengetahui mengapa dirinya bisa selemah ini jika berhadapan dengan anaknya.
Tidak ada alasan, Kaela hanya terlalu takut jika suatau saat Samuel akan benar-benar pergi darinya. Meninggalkannya bersama luka, dan air mata.
Kaela mengerjap pelan, menghalau agar matanya tak semakin berkaca-kaca dan menyebabkan dirinya menangis dihadapan Rafael.
"Rafa udah makan-"
"Ma! Jangan alihin pertanyaan Rafa dong." kesal anak itu dengan kaki terhentak dilantai, menandakan jika anaknya benar-benar menahan kekesalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael [END]
Teen FictionRafael Arsenio Lavindra itulah namanya, si bungsu yang dijaga ketat oleh keluarganya. Bukan tanpa alasan, remaja yang baru berusia 13 tahun itu memiliki ke ingin tahuan yang besar, hingga menyebabkan dirinya harus terkurung dalam sangkar yang tak k...