SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!
FOLLOW DULU YOK!
.
.
.Tatapan sinis, kalo ketemu jarum suntik ya gini
Rafael Arsenio
~~~~~HAPPY READING ❤️
Rafael bersenandung riang, melihat jalanan yang tidak begitu padat membuat senyum nya kembali terbit, sudah lama Rafael tidak tersenyum seperti itu semenjak dirinya di kurung di dalam mension
"Seneng banget kaya nya?" Samuel melirik anaknya sekilas, lalu matanya kembali fokus menatap ponselnya.
Anak itu mengangguk semangat. "Kalo Papa seneng gak liat Rafa sekolah lagi?" Rafael bertanya, matanya berbinar lucu seperti anak kucing.
"Rafa seneng, Papa juga seneng." kata Samuel dengan mengusap rambut anaknya pelan, Ponselnya kembali ia masukan saat gerbang sekoah anaknya sudah terlihat. "Inget pesan Papa ya? Jangan makan sembarangan."
Peringatan itu membuat Rafael mencebikan bibirnya lucu. "Iya iya Rafa inget kok."
Setelah mengecup singkat pipi Papanya, Rafael keluar dan melambaikan tangan nya. Berlari kecil memasuki sekolah barunya, sedangkan Samuel ikut tersenyum, dan membalas lambaian tangan anaknya.
Setelah anaknya tak terlihat lagi, Samuel melihat Rex datang dari ujung jalan mendekat kearahnya.
"Rex, kau awasi Rafael." kata Samuel datar yang mendapat anggukan dari anak buahnya.
~~~~~
" Berarti jangka waktu kita hanya seminggu, Al?" tanya Rio sebagai sekertaris osis. Bagaimana bisa dalam sebulan ini mengadakan dua kegiatan sekaligus, Rio tak habis pikir dengan cara berpikir sahabatnya.
Alland mengangguk, lalu memberikan laporan yang sudah di bacanya kearah Rio.
"Tinggal minta tanda tangan kepala sekolah aja, semuanya beres."
"Tapi, Al, menurut gue itu terlalu mendadak." cowok berkaca mata yang duduk tak jauh dari Alland itu mengutarakan ketidak setujuan nya.
"Gue ga suka menunda-nunda, karena setelah acara kemping selesai, pihak sekola meminta gue fokus untuk acara ulang tahun sekolah." kata Alland menatap mereka satu persatu, berharap semua anggotanya dapat mengerti jika sekarang posisinya sedang terhimpit, tak ada yang bisa Alland lakukan jika sang kepala sekolah telah berbicara.
Alland menghela napas lelah, melihat anggotanya ada yang mengangguk, dan ada juga yang hanya terdiam seolah tak setuju. "Kalo kalian ga setuju sama keputusan gue, silahkan. Tapi gue berharap, kita dapat bekerja sama untuk nama baik osis."
"Gue setuju."
"Gue juga."
"Gue ikut ajalah."
Mereka serentak berseru, membuat Alland menghela napas lega.
~~~~~
'Gue ga suka menunda-nunda, karena setelah acara kemping selesai, pihak sekola meminta gue fokus untuk acara ulang tahun sekolah'
Rafael menempelkan sebelah telinganya kearah pintu yang tertutup rapat, suara Alland di dalam sana terdengar tegas dan berwibawa.
Alih-alih mendengar kelanjutan nya, Rafael malah tersenyum miring, otak kecilnya seakan sedang menyusun betapa seru nya jika mengikuti kegiatan kemping yang akan diadakan di sekolahnya.
"Hoyyy." seruan itu membuat Rafael berjengkit kaget, matanya mendelik sinis menatap seseorang yang terngah berdiri di samping tubuhnya.
"Ngapain lo disini?" laki-laki itu membenarkan seragam putih birunya yang terlihat sedikit kotor karena memanjat pagar sekolah.
Rafael mengerjap bingung, pasalnya ia sama sekali tak mengenali cowok itu.
"Kamu siapa?"
Cowok itu-Gilang berdecak kesal. "Lo lupa? Gue pernah kenalan sama lo pas awal-awal MOS."
Otak kecil Rafael langsung berputar mengingat nama teman barunya itu. "Ahh, iya hehe maaf, Rafa lupa."
Gilang terkekeh dan mengangguk pelan. Setelah memasukan seragam sekolahnya, cowok itu lalu menarik tangan Rafael, menyeretnya untuk bersembunyi saat matanya tak sengaja melihat ada anggota osis yang sedang berkeliling.
"Hey!" protes Rafael saat tangan nya tiba-tiba di tarik, tidak! Lebih tepatnya di seret ke tempat yang entah berantah.
"Ishhh lepas gak?!"
Gilang langsung menutup mulut Rafael dengan tangan nya, sedangkan tangan satu nya lagi masih menyeret Rafael agar bersembunyi di balik dingding yang menghadang.
"Diem, ada osis."
Rafael mengangkat sebelah alisnya bingung, di tatapnya Gilang yang masih menatap was-was kearah depan. Lengan nya mencoba mendorong Gilang, hingga cowok itu mundur beberapa langkah.
"Emang kenapa kalo ada osis?" Rafael memiringkan kepalanya, mencoba melihat apa yang sedang di lihat oleh teman nya.
Gilang berdecak mendengar pertanyaan polos itu, tangan besar nya menjitak kepala Rafael keras, hingga Rafael mengaduh mengusap kepalanya yang sedikit terasa sakit.
"Kita itu udah telat, dan kalo ketahuan lo bisa di hukum. Lo mau di hukum?" Rafael menggeleng, ia langsung teringat hukuman dari Papanya yang selalu mengurung nya di mension, mungkin kah jika dirinya di hukum akan di kurung juga di dalam kelas misalnya?
Ahh membayangkan nya saja Rafa bergidik takut.
"Makanya lo jangan berisik, biar gak ketauan." birik Gilang pelan, yang di balas anggukan oleh Rafael.
Setelah melihat tidak ada orang di sekelilinya, barulah Gilang menghela napas lega.
"Lagian lo ngapain sih berdiri di depan pintu ruang osis segala?" Gilang langsung menyebur Rafael dengan pertanyaan, dirinya tak habis pikir dengan teman barunya ini.
"Mau ketemu Kak Alland." Rafael menjawab jujur, masih tak mengerti dengan apa yang dilakukan nya sekarang.
"Ada perlu apa lo sama ketua osis?" selidik Gilang.
"Mau cari kelas Rafa."
Gilang greget, jawaban polos itu lagi-lagi meluncur dari mulit Rafael, ingin sekali Gilang menyumpalnya jakalau bisa.
"Lo mau cari kelas aja harus sama ketua osis?" dengan ragu Rafael mengangguk pelan untuk menjawab pertanyaan Gilang.
Ohhh astaga. Batin Gilang berseru
"Gak perlu ketua osis, lo sekalas sama gue." kata Gilang datar, lalu kembali menaraik Rafael menuju kelas mereka yang tak jauh dari tempatnya.
REVISI
JUM'AT, 1 OKTOBER 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael [END]
Teen FictionRafael Arsenio Lavindra itulah namanya, si bungsu yang dijaga ketat oleh keluarganya. Bukan tanpa alasan, remaja yang baru berusia 13 tahun itu memiliki ke ingin tahuan yang besar, hingga menyebabkan dirinya harus terkurung dalam sangkar yang tak k...