Rafael | 17

24.8K 1.8K 20
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.


Tatapan Rafael kalo lagi marah gini nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tatapan Rafael kalo lagi marah gini nih.

Samuel
.....

HAPPY READING ❤️

"Iya iya enggak di infus. Sekarang Rafa tidur ya." ujar Daniel sambil menarik selimut adiknya, menutupi sebagian tubuh Rafael yang mulai menggigil.

"Suttttt." Kaela terus mengusap pelipis anaknya, hingga kedua mata itu perlahan kembali tertutup. Kaela lalu mengalihkan antensinya kembali menatap Daniel.

"Gimana, Kak?"

"Untuk saat itu gak perlu, Ma. cukup pakai tabung oksigen aja. Kalo seandainya besok panas nya belum turun juga, baru Rafa terpaksa harus di infus." jelas Daniel yang mulai menghubungkan sebuah selang kearah tabung oksigen yang letaknya tak jauh dari tempatnya. Selanjutnya Daniel pun kembali menghadap adiknya, memasangkan nya ke hidung Rafael.

Kaela dengan gesit membantu Daniel dengan mengangkat kepala anaknya. Hingga akhirnya selang itu terpasang di hidung mancung Rafael. Daniel kemudian mengambil tabung kecil yang berisi obat tidur, dan menyuntikan nya ke lengan Rafael. Anak itu pun hanya meringis kecil, dan kembali tertidur.

"Ma, bisa tolong pasangkan plaster pereda panas punya Rafa, itu disamping nakas." tunjuk Daniel. Karena memang plester itu berada di seberang, tepat di samping Kaela, jadilah Daniel terpaksa harus menyuruh Mamanya.

Kaela mengangguk, bergegas bangkit untuk mengambil sebuah benda yang mirip sekali dengan plaster, hanya saja bentuk yang ini jauh lebih besar dari sebuah plester pada umumnya.

Kaela pun lalu memasangkan nya tepat di kening Rafael, sedangkan Daniel lebih memilih sibuk membereskan peralatan dokternya.

.....

"Roy, bisakah kamu cepat sedikit. Perasaan saya semakin tidak enak." Samuel berdecak kesal karena istrinya yang tidak kunjung mengangkat panggilan nya.

Dan itu semakin membuatnya gusar.

"Maaf tuan, tapi jalanan sedang macet." balas Roy yang masih fokus kedepan menatap jalanan.

"Tidak adakah jalan lain yang bisa kita lewati, Roy?"

"Sepertinya tidak ada, Tuan. Hanya ini jalan satu-satunya."

Jawaban itu membuat Samuel menghela napas kasar. Lalu ia pun membuka tab nya yang menampilkan dimana anaknya tengah tertidur dengan damai. Dahinya mengkerut bingung saat melihat selang oksigen yang tertempel di hidung anaknya, ditambah dengan plester panas di kening anak itu.

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang