Rafael | 36

15.4K 1.2K 82
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.


Bocah lagi galau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bocah lagi galau

Rafael Arsenio
....

HAPPY READING ❤️

Rafael berteriak saat Samuel berhasil menangkapnya. Anak itu kembali menangis melihat temannya diperlakukan secara kasar seperti itu, ingin menolongpun rasanya sangat sulit. Sedangkan Kaela menghembuskan napas lega, setidaknya Rafael telah berada dalam gendongan suaminya.

"Papa itu temen Rafa,,,," tunjuk Rafael kearah Gilang. Dimana temannya itu tengah di seret paksa oleh beberapa orang berbaju hitam. Percis seperti bawahan Papanya.

"Rafa mau tolongin Gilang." Rafael mengeliat berusaha melepaskan gendongan Papanya. Namun sepertinya percuma, tenaga Samuel lebih besar darinya hingga ia hanya bisa menangis menatap nanar kearah Gilang.

"Mereka cuma mau di tanyain sebentar Rafa, gak di apa-apain." jelas Samuel, lalu masuk ke dalam mobil dengan Rafael yang berada di gendongannya. Diikuti Kaela yang duduk di sampingnya. Anak itu memeluk lehernya, isak tangisnya pun mulai terdengar membuat Samuel menghela napas lelah.

Setelah mengambil obat-obatan di ruangan Daniel, Samuel di kejutkan dengan keberadaan Naura yang menangis sambil memohon-mohon untuk tidak mengeluarkan surat pemecatan atas dirinya.

Awalnya Samuel tidak akan pernah peduli, tapi melihat Naura yang menjadi tulang punggung untuk adiknya membuat Samuel tak tega. Akhirnya dengan keputusan yang telah di pikir matang-matang, Naura beserta adiknya digiring untuk memberikan penjelasan lebih jelas. Seperti apa motif untuk mencelakai anaknya? Atau siapa yang telah menyuruhmu?

Tentu saja itu tidak akan mudah, setiap pertanyaan yang ia ajukan, Naura selalu menatap was was sekelilingnya, seperti sedang diawasi. Akhirnya Samuel terpaksa mengeluarkan perintah kepada anak buahnya untuk membawa kedua orang itu ke tempat yang sudah dijanjikan keamanannya.

"Tapi, kenapa kepala Gilang dililit perban seperti itu? Pasti sakit, Papa." adu Rafael. Bagaimanapun matanya dengan jelas melihat Gilang meringis sambil memegangi kepalanya. Melihatnya saja Rafael tak tega, ia seakan merasakan apa yang temannya itu rasakan.

Samuel mengecupi pucuk kepala anaknya dengan sayang. Ia mengusap punggung kecil Rafael, berharap agar anak itu tertidur. "Papa gak tau, nanti saja Rafa tanya di sekolah ya? Sekarang Rafa tidur, biar nanti Papa bangunin kalo sudah sampai." hanya itu yang bisa Samuel katakan.

"Jalan." perintah Samuel kepada supir pribadinya. Mubil pun mulai berjalan, tubuh Gilang terlihat mengecil saat mobil yang di tumpangi mulai berjalan menjauhi rumah sakit.

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang