Rafael | 45

16K 1.3K 70
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.

Senyum pepsodent

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senyum pepsodent

Rafael Arsenio
.....

HAPPY READING ❤️

Setelah dua hari lamanya Rafael sakit akhirnya anak itu kembali ceria. Senyum pepsodent nya tak pernah luntur membuat para pelayan yang melihatnya merasa senang dan juga lega. Lega karena bocah itu kini terlihat baik-baik saja. 

Apalagi bocah itu kini mengendap-ngendap membuka kulkas, para pelayan yang melihatnya hanya menggeleng samar, mereka tak berani menegur, biarlah cctv pengawas yang berada di sudut ruangan itu melihat tingkah konyolnya. 

"Coklat Rafa kok gak ada ya." Rafael bergumam memandang isi kulkas yang hanya berisi bahan masakan, tak ada cemilan atau semacamnya. 

"Bibi, ngambil coklat Rafa ya?" selidik Rafael kepada salah satu pelayan yang tengah sibuk membuatkan sarapan.

Pelayan itu sontak menggeleng ribut. "Ti,,, tidak. Tidak ada yang berani mengambil makanan disini Tuan Muda." jawab pelayan itu dengan sidikit gugup.

Bagaimana tidak gugup, jika coklat yang dicari Rafael baru saja ia sembunyikan di atas lemari pendingin. Tempatnya memang tinggi, sengaja agar bocah itu tak dapat menjangkaunya. Jika bukan karena perintah dari Tuan Besarnya, ia tak akan mungkin menyembunyikan coklat-coklat itu.

Rafael sontak cemberut. "Kok bisa gak ada ya. Masa coklat Rafa jalan sendiri?" tanyanya heran. Karena seingatnya, dulu ia menyimpan beberapa coklat kecil yang dibungkus dengan kresek bermotif bunga. Namun sekarang, coklat itu hilang tanpa ada sisa satupun.

Rafael berjalan ke samping meja, duduk diam mengawasi para pelayan yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Atensinya beralih saat seseorang pelayan membukakan lemari pendingin sehingga kresek bermotif bunga itu terlihat menonjol diantara kresek-kresek lainnya.

Rafael terpekik. "Jangan ditutup dulu! Itu ada coklat punya Rafa loh." refleks pelayan tersebut menghentikan aktifitasnya sesaat. Seakan menyadari kesalahannya buru-buru pelayan itu menutupnya dengan cepat.

"Sebaiknya anda kembali Tuan Muda." kepala pelayan yang memang sudah mengawasi Rafael sejak tadi kini terpaksa turun tangan. Wanita paruh baya itu kini mencoba menarik perhatian Rafael dengan memberikan segelas susu hangat yang dibuatnya.

"Tuda Muda sebaiknya duduk, lihat sudah saya buatkan susu coklat loh."

Rafael menggeleng. "Rafa gak mau. Ayoo ambilin coklat Rafa dulu itu tuh disana, Bibi."

"Tapi,,, nanti Tuan Daniel marah-"

"Ya Bibi jangan bilang dong. Ini namanya ra-ha-sia okhey."

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang