SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!
FOLLOW DULU YOK!
.
.
.Dari lahir emang udah cakep si
Rafael Arsenio
~~~~~HAPPY READING ❤️
Setelah menyelesaikan beberapa soal yang membuat kepalanya hampir pecah, Rafael menatap Gilang, cowok itu sejak tadi tertidur saat jam pelajaran di mulai, untung saja Rafael menutupnya dengan buku paket, jika tidak, sudah bisa dipastikan cowok itu akan terkena hukuman.
Eughhh
Mata Rafael berbinar polos melihat Gilang yang mengerjap pelan, perlahan kedua mata itu terbuka hingga tanpa sadar Rafael tersenyum lebar.
" Gilang udah bangun ya? Ayoo ke kantin, Rafa laper. " Rafael lalu memasukan buku-bukunya ke dalam tas dengan semangat.
Memang jika urusan jajan, Rafael nomer 1, ia akan membeli sesuatu yang menarik dimatanya, ia akan membeli makanan yang dilarang keluarganya. Sepertinya menarik
Aihhh membayangkan nya saja sudah membuat perutnya lapar. Matanya kembali menatap Gilang yang kini mengeliat dengan mulut yang menguap lebar.
"Mau ikut gak?" tanya Gilang setelah meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Rafael mengerjap polos. "Kemana?" kembali di tatapnya Gilang yang mulai beranjak dari duduknya.
"Warung belakang." jawab Gilang singkat.
"Ikuut."
~~~~~
Alland berjalan santai menuju kelasnya Rafael, sebelah tangan nya di masukan ke dalam saku seragam nya sehingga menambahkan kesan cool dalam dirinya.
Banyak senior maupun junior yang menatap Allan terang-terangan, bisikan-bisikan di sepanjang koridor sudah menjadi kebiasaan untuk Alland dengar.
Kedua alisnya menyatu, mengkerut bingung saat melihat Rafael yang berjalan keluar dari kelasnya, baru saja Alland akan ikut menyusul, tapi seruan dari sebrang sana membuat langkahnya terhenti.
"Alland."
Pemilik nama menoleh, menatap sahabatnya yang berlari kearahnya. Perasaan Alland semakin tak karuan kala melihat raut wajah sahabatnya-Rio.
"Kenapa?"
"Itu,,," Rio mengehentikan ucapan nya untuk meraup udara di sekitarnya, kala di rasa cukup, Rio kembali melanjutkan ucapan nya.
"Ada adik kelas yang ngerokok di warung belakang, tapi sebelum kesana ada baiknya lo bilang dulu ke Pak Yudi." lapor Rio dengan satu kali tarikan napas.
Pak Yudi adalah pembina osis yang memang sangat Alland patuhi, karena ketegasan nya membuat Alland segan dengan gurunya itu.
Alland mengehembuskan napasnya kasar, di tatapnya kembali Rafael yang semakin menjauh. Sepertinya memang ia harus menyelesaikan dulu urusan ini.
Biarlah untuk sementara ia melepaskan Rafael, tetapi setelah urusan ini selesai ingatkan Alland untuk menyusul adik nakalnya itu.
~~~~~
"Kok malah ke sini?"
Rafael mengikuti kemana Gilang melangkah, raut bingung nya masih terpancar tatkala dirinya sampai di sebuah warung yang tempatnya di belakang sekolah.
Banyak anak-anak seumuran dengan nya yang tengah bersanda gurau dengan secangkir kopi di temani dengan sebatang rokok.
"Gilang, ayoo ke kantin aja, Rafa gak suka disini." matanya masih menatap mereka satu per satu, jangan lupakan kepulan asap rokok yang membuat Rafael terbatuk-batuk kecil.
"Santai aja kali, di sini lebih seru." sahut Gilang, tangan nya mengambil sebatang rokok yang memang tergeletak di meja.
"Gilang kok malah ikutan ngerokok si?!" kata Rafael kesal, dirinya tak suka tempat ini, banyak asap rokok yang membuat pernapasan nya sesak.
"Gilang ayoo ih, jangan disini." rengek Rafael dengan menarik-narik seragam Gilang.
Gilang menghela napas jengah, berusaha melepaskan cekalan Rafael yang membuat seragam nya sedikit kusut.
"Lepas dulu, lo ga liat tuh mereka pada asik-asik." tunjuk Gilang kearah teman-teman nya.
Memang, mayoritas teman Gilang adalah Kakak tingkat, sehingga seperti inilah pergaulan Gilang ketika berkumpul."Udah, duduk sini." Gilang menepuk bangku kosong di samping nya, dan Rafael hanya bisa menurut, dan semakin merapatkan tubuhnya dengan Gilang.
Gilang mengepulkan asap rokoknya, bibirnya senagaja di bulatkan sehingga terbentuklah seperti huruf 'O'.
Kedua mata Rafael berbinar melihat apa yang Gilang lakukan, tangan nya bertepuk tangan heboh, sehingga menimbulkan banyak pasang mata yang melihatnya kearahnya.
"Gilang hebat, Rafa suka." perkataan polos itu membuat gelak tawa di sekitar mereka, Gilang terkekeh merasa lucu dengan teman nya ini.
"Lang, lo ga salah bawa anak kecil kesini?" suara itu berasal dari teman nya-Bimo. Bimo sendiri duduk di sebrang dekat pojokan, sehingga bisa mendengar percakapan nya dengan Rafael.
"Dia sendiri yang minta ikut, Bim." kekeh Gilang menyaut apa yang Bimo ucapkan.
Gilang kembali menatap Rafael, anak itu masih menatapnya bak anak kecil meminta permen, matanya bulatnya berbinar lucu seperti melihat sesuatu yang sangat berkesan.
"Lo mau nyobain?" dengan semangat Rafael mengangguk, ini adalah kejadian yang langka menurutnya, semacam hiburan yang baru saja di tonton olehnya, dan Rafa suka itu.
Rafael langsung mengambil sebatang rokok yang di sodorkan oleh Gilang, rokok itu masih menyala, sehingga Rafael tinggal menyematkan nya di kedua bibirnya.
Namun sebelum rokok itu di sematkan di kedua bibirnya, teriakan yang tak asing di telinga nya membuat Rafael berjengkit kaget.
"RAFAEL!!"
Saking kagetnya, tak sengaja tangan nya meremas rokok yang masih menyala itu.
Ia refleks berteriak karena panas di tangan nya, sehingga tak sengaja rokok yang di genggam nya kini terlempar tepat di bawah kaki seseorang yang tengah menahan amarahnya.
Rafael meneguk ludah nya susah payah, tatapan tajam itu menghunus seperti pisau yang menancap tepat di jantung nya yang kini mulai berdecak tak karuan.
Matilah kau Rafa
REVISI
JUM'AT, 1 OKTOBER 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael [END]
Teen FictionRafael Arsenio Lavindra itulah namanya, si bungsu yang dijaga ketat oleh keluarganya. Bukan tanpa alasan, remaja yang baru berusia 13 tahun itu memiliki ke ingin tahuan yang besar, hingga menyebabkan dirinya harus terkurung dalam sangkar yang tak k...