Rafael | 04

41.4K 3.1K 40
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE!

FOLLOW DULU YUK!
.
.
.

Gak di bolehin main ponsel, sekalinya main gak mau berenti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak di bolehin main ponsel, sekalinya main gak mau berenti.

Rafael Arsenio
~~~~~

HAPPY READING ❤️

Rafael sejak tadi ketar-ketir sendiri karena mobil yang di jadikan tempat persembunyian nya malah berhenti mendadak, kenapa lagi ini? bukan kah setiap pagi supir pribadi Mamanya harus keluar untuk mengantar para pelayan berbelanja, tapi kenapa mobil yang tadinya melaju kini malah mendadak berhenti sampe sekarang.

Rafael berdecak kesal, napasnya mulai sesak karena ia bersembunyi di balik bagasi mobil, gelap dan pengap itu yang di rasa Rafael sekarang. Tubuhnya bahkan sudah berkeringat saking panasnya di dalam sini.

Bel masuk sekolah tinggal beberapa menit lagi, tapi mobil ini tidak kunjung berjalan membuat Rafael mengeram marah.

'Ini pada kemana sih?!' batin nya berteriak kesal.

Tutup semua gerbang!

Jangan biarkan ada mobil keluar dari sini

Seruan itu terdengar sangat lantang, Rafael mengerjap tak percaya. Akankah ia gagal lagi untuk melarikan diri dari anak buah Papanya?

Sungguh Rafael rasanya ingin menangis sekarang juga, sudah pasti rencana yang di susun nya gagal, di tambah dadanya mulai sesak dengan napas yang mulai tidak teratur.

~~~~~

Kedua mata Daniel dengan jeli memantau seluruh CCTV yang terpasang di mension nya, memfokuskan matanya jika melihat ada gerik-gerik yang mencurigakan. Sedangkan Samuel, kini tengah mengecek CCTV sejam yang lalu, dimana anaknya itu masih tertidur nyenyak di kasurnya, tidak ada yang aneh, anak itu masih terlihat damai dalam tidurnya.

Namun setelah menunggu lima belas menit, akhirnya anak itu terbangun dan langsung berlari ke kamar mandi.

Samuel mengerutkan kening nya bingung melihat Rafael yang malah memakai seragam sekolah nya, seakan paham jika anak itu mencoba untuk pergi ke sekolah secara diam-diam, dengan cepat Samuel langsung memerintahkan anak buahnya untuk menyusuri jalanan menuju sekolah anak itu

"Rex, telepon Alland untuk membantu mencarinya di sekolah." kata Samuel, matanya terus menatap layar monitor di depan nya yang sedang menyaksikan betapa nakal nya anaknya itu.

"Baik, Tuan." Rex menjawab dengan mantap.

Kedua mata Samuel masih fokus menatap layar monitor, terlihat saat anaknya itu mengambil kunci cadangan ruangan bawah, sebuah kunci yang membuat Samuel semakin mengerutkan kening nya bingung.

"Ada yang aneh." Daniel tiba-tiba bergumam lirih yang masih di dengar oleh Samuel, dengan cepat Samuel mendekat dan melihat apa yang dilihat Daniel di layar monitor.

Sebuah mobil yang terparkir di depan gerbang mension bergerak-gerak membuat Samuel semakin berprasangka tidak baik.

"Tolong putar ulang." kata Samuel yang langsung dituruti oleh anak buah Papanya. Sedangkan Daniel kini malah menatap Papanya bertanya.

"Anak itu akan pergi ke sekolah." hanya dengan ucapan seperti itu saja Daniel langsung mengerti apa yang dimaksud Papanya.

Matanya kembali menatap layar monitor yang masih menampilkan sebuah mobil berwarna hitam yang melaju ke arah gerbang utama. Namun, karena perintah dari Papanya untuk tidak membiarkan siapapun keluar dari mension ini, jadilah mobil itu kini terparkir disana.

~~~~

'Kok ga bisa dibuka?' Batin Rafael berucap panik.

Tangan kecilnya menepuk-nepuk dadanya keras, sakit sekali, napasnya seakan sedang di tarik keluar secara paksa.

"Papa." panggilnya, namun masih tidak ada jawaban. Kedua matanya sudah memerah menahan tangis. Namun, saat air mata itu jatuh ke pipinya dengan cepat Rafael menghapusnya.

Jangan nangis, Rafa gak cengeng kok, gak takut juga. Batin nya terus berucap seperti itu berulang-ulang.

Tangan kecilnya itu memerah karena terus menggedor-gedor kap mobil yang tak bisa dibuka sama sekali. Hatinya mulai gelisah memikirkan kemungkinan kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Air matanya malah turun semakin deras, tak ada isak tangis seperti biasanya. Yang ada hanyalah suara kap mobil yang terus di gedor oleh tangan nya. Namun karena lelah tidak ada yang mau membukakan nya, akhirnya tangisan pecah berharap ada orang yang mendengar suaranya.

"Huaaa,,,mama, mamaaa bukaa, hiks,hikss."

Brak

Brak

"Papaaa bukaaa, hiks hiks Rafa gak bisa napas, gak mau disini, Rafa mau pulang aja, hiks." teriak Rafael kesal karena Papanya masih tidak mau membukakan nya, hidung nya bahkan kini sudah memerah sehingga jalur napas nya mulai tersumbat dan malah semakin membuatnya sesak.

"Huaaaa,,,, Papaaa pintunya buka, jangan dikunci terus, Rafa mau keluar." Rafael terus meracau hingga dirinya merasa lelah karena terus-terusan berteriak, perlahan kesadaran menipis dengan kedua mata yang mulai terpejam. 

Hingga akhirnya kesadaran nya terenggut dengan kegelapan, tidak ada lagi teriakan atau gedoran meminta tolong, hanya ada kesunyian dengan angin yang menggerakan dedauan. 


REVISI
KAMIS, 30 SEPTEMBER 2021

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang