Rafael | 40

14.6K 1.2K 133
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.

Beginilah rasanya bebas sementara dari sang Papa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beginilah rasanya bebas sementara dari sang Papa

Rafael Arsenio
.....

HAPPY READING ❤️

Rafael mengemut permen gagang itu dengan senang, rasa manis buah kini terasa saat ia mencecapnya.

"Satu lagi boleh?" Rafael memiringkan kepalanya, menatap Gilang yang tengah membayar jajanannya. Yaah, Rafael memang sengaja pergi ke gedung dimana kelas Gilang berada. Bisa dikatakan, Rafael minggat dari kejaran Rex sejak dua jam yang lalu bel pulang berbunyi.

"Udah, cukup satu. Kalo kebanyakan nanti gue kana omel Kakak lo."

Rafael cemberut, menahan lengan Gilang yang akan pergi meninggalkannya. "Tungguin dulu, mau permen yang kecil-kecil itu aja boleh?" yang dimaksud Rafael adalah permen tanpa gagang, seperti permen kopiko, permen karet dan masih banyak lagi permen yang membuat matanya berbinar senang. Tak sia-sia ia bertemu Gilang.

"Terserah." putus Gilang seakan tak ingin ambil pusing. Rafael kini memekik senang, kedua tangannya meraup permen yang berada di toples kecil itu. Rafael akan mengambil sebanyak yang ia bisa, sebelum ajudan Papanya menemukan keberdaannya.

Gilang melotot melihat kelakuan Rafael. "Malah ngelunjak nih anak." decak Gilang menutup toples itu dengan tergesa. Ia pun menjauhkan toples itu saat Rafael ingin merebutnya kembali. "Gak usah banyak-banyak, nanti sakit gigi baru tau rasa lo!" kesal Gilang lalu menyerat Rafael setelah membayar jajajannya.

Mereka tengah berada di kantin, dari sekian banyak jajajan yang ada, bocah itu lebih memilih permen ketimbang makanan yang akan membut perutnya kenyang.

"Lo kok belum pulang sih? Om Rex mana? Gak dijemput?" tanya Gilang seraya mendudukan tubuhnya di salah satu bangku yang tersedia.

Pertanyaan itu membuat Rafael menggeleng tanpa menoleh. Anak itu masih terlalu fokus dengan permen-permennya yang di masukan ke dalam saku seragamnya. Saku itupun mengembung karena permen.

"Rafa mau main dulu sebelum pulang." timpal Rafael dengan begitu santainya. Tak memperdulikan Gilang yang mengerutkan keningnya bingung.

"Main? Sama siapa?"

"Sama Gilang." timpal Rafael cepet. Senyumnya melebar seiring melihat kekesalan Gilang.

"Jangan ngada-ngada deh lo, gue bukan main tapi mau kerja kelompok." kesal Gilang.

"Iyaa itu. Gilang kerja kelompok, Rafa main ikut Gilang. Gituu." bukannya menjelaskan, ucapan bocah itu malah membuat Gilang pusing sendiri mendengarnya. Terlalu berbelit dan membuat otaknya tak paham.

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang