Rafael | 33

15.3K 1.2K 45
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.

FOLLOW DULU YOK!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rafael Arsenio
.....

HAPPY READING ❤️

Daniel menutup laptopnya kasar. Video itu sama sekali tak membantu, membuat kepalanya pusing saja. CCTV yang baru saja Rex kirimkan sungguh tak dapat memecahkan masalah. Video itu hanya memperlihatkan Rafael yang mendorong Naura, sedangkan posisi Naura yang membelakangi kamera pengintai membuatnya sulit untuk menebak apa yang dilakukan gadis itu hingga adiknya sampai berteriak dan mendorongnya hingga jatuh.

Sejak Papanya berceramah panjang lebar, Daniel hanya bisa menunduk lesu. Apa yang di ucapkan Papanya benar, ia hanya menatap dari sudut pandangnya, dan tidak dari sudut lain. 

"Aku benar-benar kecewa, tidak ada seorang Dokter yang memarahi pasien nya seperti itu."

"Sikapmu menunjukan jika kamu memang tak pantas untuk di katakan seorang Dokter, Niel. Bukan kah seorang Dokter harus mendengarkan diagnosa dari berbagai sudut, entah dari pasien, ataupun keluarganya untuk menentukan penyakit yang di derita."

"Tapi sekarang? Kau hanya melihat dari sudut pandangmu saja, kau tidak mendengarkan penjelasan pasienmu, kau tidak mendengarkan penjelasan perawatmu yang bernama Naura itu. Tidakkah itu keterlaluan, Niel?" 

"Bagaimana bisa kau mengambil kesimpulan seperti itu? Dengan mudahnya kau melimpahkan kemarahan mu kepada pasienmu yang ternyata adalah adikmu sendiri?"

"Sudahlah, memang tak seharusnya kamu menjadi Dokter. Kamu memang cocok untuk meneruskan perusahaan Kakek."

Ahk! Semua memang salahnya. Tak seharusnya ia berlaku seperti itu kepada adiknya. Bolehkah ia menyesel? Meminta maaf sepertinya tak akan cukup untuk menebus kesalahannya.

Tok Tok 

Sesaat Daniel melirik pintu bercat putih itu tanpa minat. Sungguh ia hanya tak ingin di ganggu oleh siapapun. Butuh ketenangan untuk mengambil keputusan. Meninggalkan profesinya sebagai seorang Dokter adalah keputusan yang sangat sulit untuknya.

"Saya Naura, bolehkah saya masuk." sahutan dari luar kembali terdengar.

"Masuklah." Daniel berujar sambil memijit keningnya pelan. 

Naura masuk, melangkah menghampiri Daniel setelah menutup pintu lebih dulu. "Ini data kesehatan Rafael, Dok." Naura menyodorkan sebuah map yang langsung diterima oleh Daniel.

"Terimakasih." kata Daniel singkat.

Naura mengangguk. "Kalau begitu saya permisi, Dok." 

"Hm." Daniel berdehem. Ia tak mau repot-repot untuk menjawab atau meliriknya karena fokusnya sekarang adalah sebuah map dimana data kesehatan Rafael lebih menarik ketimbang harus melihat gadis di depannya. 

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang