SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!
FOLLOW DULU YOK!
.
.
.Kebohongan yang terbaca
Rafael Arsenio
.....HAPPY READING ❤️
"Diam disini, Rafa." Rafael mendengus sebal karena Alland yang tak mengizinkan nya untuk ikut bermain di lapangan. Sudah puluhan kali ia merengek dan hasilnya tetap sama, tidak boleh mengikuti kegiatan yang memberatkan.
Lihatlah, semua teman-teman nya tengah tertawa lebar, suara teriakan pun terdengar hingga ke tempatnya. Rafael memandang takjub seseorang yang behasil naik keatas tebing. Uhh, permainan itu pasti menyenangkan.
"Rafa mau ikutan itu, boleh?" Rafael tidak menunjuk, melainkan menatap orang itu dengan binar mata kekaguman.
Alland pun mengikuti tatapan Rafael. Panjat tebing? Hah! yang benar saja bahkan anak itu akan berteria histeris jika sudah berada diatas. Alland menggeleng samar, tak habis pikir dengan pemikiran Rafael yang terkesan dangkal.
"Baru setengah jalan pun kau akan merengek turun, bahkan mungkin kau akan menangis." ucap Alland kemudian menyodorkan madu hangat kearah Rafael. Sejak tadi anak itu mengeluh sakit perut, bahkan dia pun sempat muntah beberapa kali. Saat ditanya apa yang sakit, anak itu pasti akan menjawab seperti ini.
"Gak ada yang sakit, Kakak. Cuman perutnya panas."
Bukan kah itu sama saja. Ah sudahlah. Toh sebentar lagi Daniel juga akan sampai sehingga anak itu tak bisa mengelak lagi dengan rasa sakit di perutnya.
"Habiskan Rafa bukan dibuang seperti itu." Alland mencegah tangan kecil itu yang tengah bermain-main. Sendok per sendok air madu itu dibuang dengan polosnya oleh Rafael.
"Gak enak, airnya panas." ucapan Rafael membuat tangan Alland terulur menyentuh gelas kecil itu.
"Ini hangat, Rafa." ucap Alland.
"Tetap aja gak enak. Rafa maunya air dingin."
"Yang benar saja. Sudahlah, sekarang minum dan habiskan." Alland menarik Rafael agar mendekat. Mereka tengah duduk di depan tenda menatap para peserta yang tengah berlomba memanjat tebing.
Alland menatap Rafael yang tengah cemberut menahan kesal. "Setelah abis, Rafa kesana boleh." pinta Rafael.
"Tidak." Alland menggeleng tegas. Kesana yang dimaksud Rafael adalah menyusul teman-teman nya yang tengah tertawa riang menyemangati para peserta lomba itu. Dan membiarkan anak itu berkeliaran layaknya anak umur 5 tahun yang tak mengerti apapun.
Bayangkan saja, Sejak kecil Rafael tak pernah memiliki teman. Pergaulan yang terus-terus dibatasi oleh Samuel membuat Rafael hanya hidup di ruang lingkup sekitar mension. Homeschooling yang sejak kecil ditetapkan oleh Samuel, terpaksa harus dilepas karena bagaimanapun Rafael membutuhkan sosialisasi untuk perkembangan nya.
"Ini gak boleh itu gak boleh. Terus ya bolehnya apa dong?!" kesal Rafael sambil meneguk air madu hingga tersisa setengah.
"Tidur." timpal Alland santai.
"Aihh...gak mau. Kak Alland aja sana yang tidur, Rafa tetep disini." air madu itu telah habis tak tersisa, Rafael membuang gelas plastik itu yang sontak saja membuat Alland mengeram kesal.
"Ck! Kakak udah bilang jangan buang sampah sembarangan, Rafael." greget Alland lalu memungut gelas yang tadi di lempar Rafael dan membuangnya ke tempat sampah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafael [END]
Teen FictionRafael Arsenio Lavindra itulah namanya, si bungsu yang dijaga ketat oleh keluarganya. Bukan tanpa alasan, remaja yang baru berusia 13 tahun itu memiliki ke ingin tahuan yang besar, hingga menyebabkan dirinya harus terkurung dalam sangkar yang tak k...