Rafael | 35

16.2K 1.2K 62
                                    

SEBELUM MEMBACA BUDAYAKAN VOTE, COMENT AND SHARE YA!

FOLLOW DULU YOK!
.
.
.

Anak kecil aja punya senderan, masa kalian kalah pftt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anak kecil aja punya senderan, masa kalian kalah pftt...

Rafael Arsenio
....

HAPPY READING ❤️

Mata yang sejak tadi pagi menutup kini perlahan terbuka, menampilkan iris hitam yang menatap langit-langit ruangan berwarna putih. Sejenak pagi tadi Rafael memang tertidur seharian penuh, hingga malam harinya ia terbangun karena mengeluarkan banyak keringat yang membuatnya tak nyaman.

"Mama." panggil Rafael menatap sekeliling. Tak ada orang disini. Ia pun mengibaskan selimut, dan bangkit membawa tiang infus menuju pintu keluar.

"Anda mau kemana Tuan Muda?" saat pintu terbuka, suara itukah yang menyambut kedatangan. Rafael berdecak malas melihat kedua bodyguard Papanya yang berjaga di depan pintu ruang rawatnya.

"Mau Mama, Paman." ucap Rafael dengan suara seraknya. Matanya berkaca-kaca, menatap kedua bodyguard itu dengan tatapan sendu.

Mendapati dirinya ditinggal sendiri, membuat Rafael hendak menangis karena takut. Kejadian kemarin rupanya masih membekas, membuat Rafael tak berani untuk ditinggal. Apalagi ruangan rawatnya sangatlah luas, dengan suasan malam yang sunyi sepi seperti ini membuat dirinya ketakutan. Pikiran konyolpun bahkan sempat terlintas di pikirannya. Uh, Bagaimana jika ada seorang perempuan yang seperti kemarin? Yang berusaha menyakitinya? Dengan keadaan melayang? Mata melotot, sampai mengeluarkan geraman dari bibirnya? Jika itu terjadi, bisa di pastikan Rafael akan mendorong perempuan itu kembali.

"Tuan muda tidak papa?"

"Ah ya?" sosok Naura kini terpaksa sirna saat mendengar suara itu. Rafael mengerjap polos, dengan kepala yang menggeleng samar. "Tidak_tidak papa. Uh,,, aku pengen ketemu Mama, Paman! " raut kesal Rafael mulai terlihat. Bahkan rona merahpun seketika muncul saat anak itu merajuk seperti ini.

"Biar saya panggilkan, sebaiknya anda kembali masuk Tuan Muda." seorang bodyguard itu langsung menghubungi atasannya, sedangkan satunya lagi memboyong Rafael untuk kembali masuk.

"Aku gak mau paman, jangan paksa ih!" Rafael menyentakan tangan yang sedang menyampir di pundaknya. "Pokonya Rafa mau cari Mama." tekan Rafael melongos sambil membawa tiang infusnya. Kedua bodyguard itu langsung menyusul, mengikuti sang tuan muda yang berjalan tergesa bahkan mungkin berlari.

"MAMA." dengan tanpa dosanya Rafael berteriak nyaring. Tak memperdulikan bahwa kini dirinya berada di rumah sakit. Karena yang ia pedulikan adalah keberadaan Mamanya. Dengan berteriak seperti ini, bukankah Mamanya akan dengar? Oh pastilah.

"MAMAAA." kepalanya celingak-celinguk, melihat lorong sepi antara kanan dan kiri. baju pasien yang melekat di tubuhnya membuat anak itu terlihat seperti orang gila.

Kedua bodyguard yang mengikuti hanya bisa terdiam, tak berani menegur ataupun memarahi. Tapi saat melihat Rafael berhenti mendadak, dan melepaskan kancing bajunya membuat bodyguard itu mendekat panik. Pasalnya anak itu akan membuka baju tanpa memperdulikan selang infus yang masih tertancap di tangannya.

"Tuan muda!" seruan di belakang tubuhnya membuat Rafael mendengus sebal.

"Gerah paman, bajunya di buka ajalah." ucapnya polos. saat ia hendak membuka kancing terakhir, seseorang memegang lengannya membuat pergerakan Rafael terhenti.

Perlahan Rafael mendongkak, melihat Mamanya yang kini menampilkan raut cemas di kedua mata itu. "Astaga Rafa__ kenapa kamu bisa disini hm?" ucap Kaela khawatir. Bukannya menjawab, Rafael malah tersenyum begitu manis, membuat Kaela mengerutkan kening bertanya-tanya.

"Ayoooo kita pulang, Mama." bibir yang masih terlihat pucat itu berseru semangat. Bahkan langkah kakinya bergerak meninggalkan Kaela yang terlihat kebingungan.

"Mau kemana?" pertanyaan dingin yang tiba-tiba berada di hadapannya membuat Rafael berjengkit kaget. Terlihat Samuel membawa sebuah kresek yang sudah di pastikan berisi makanan.

Untuk sesaat Rafael terlihat panik kala melihat Papanya, tetapi bukan Rafael namanya jika anak itu hanya diam dan menurut.

"Mau pulanglah, Papa." jawaban kelewat santai itu membuat Samuel mengangkat sebelah alisnya mengejek.

"Pulang, kemana?"

"Kerumah." timpal Rafael lagi. Ia pun kembali melangkahkan kakinya siap berlari, tetapi Samuel yang sudah membaca ulah anaknya dengan gesit menggendongnya, membawanya kembali ke ruangannya.

"Yakhh! Aihhh Papa turunin!" kesal Rafael saat tubuhnya dirasa melayang diudara. Kedua bodyguard nya pun ikut menyusul di belakang, dengan memastikan tiang infus Rafael agar tidak terlepas saat Samuel membawa anak nakalnya ini dengan tergesa. Sedangkan Kaela yang melihatnya langsung tertawa pelan melihat tingkah menggemaskan itu. Sudah tau masih sakit, masih saja berulahnya.

Hadeuh!

.....

Esok harinya....

Semua peralatan yang terpasang ditubuh Rafael sudah terlepas. Hanya bermodal merengek saja Mamanya langsung luluh dan menyuruh Daniel untuk melepaskan semuanya.

Awalnya Papanya menolak, tapi dengan bujung rayu Mamanya tentu saja Samuel akan luluh pada akhirnya.

"Jangan nakal, Rafa." teguran dari Mamanya hanya sebatas angin lalu. Anak itu masih saja sibuk memutar-mutar kunci mobil yang sedang menggantung.

"Mama, biar Rafa yang nyetir ajalah. Kalo nunggu Papa tuh lama." cetus Rafael dengan wajah lugunya. Tangannya masih mengoprek memencet tombol apa saja agar mobilnya bisa menyala dan berjalan seperti mobil-mobilan yang berada di mension nya.

Mendengar pertanyaan konyol itu membuat Kaela memutar matanya malas. Mengendarai sepeda aja masih sering jatuh, lah ini sosoan nyetir mobil? Bisa melayang nyawa kalo anak itu menyetir sungguhan.

Sudah sekitar 15 menit mereka menunggu kedatangan Samuel, tapi suaminya itu tak kunjung kembali membuat tangan Rafae gatal dan melah mengoprek peralatan mobil. Seperti memencet klakson berkali-kali, membuka tutup kaca mobil, atau memutar-mutar kemudi dengan bibir yang terus berucap seperti 'Brummm ngeeeng ngeeengengg'

Astaga! Suara itu bahkan seperti tawon yang sedang bergemul di sarangnya. Sejak tadi memang Rafael tak bisa diam barang sejenak pun. Padahal jika dilihat anak itu baru saja sembuh, bibir pucatnya pun masih terlihat. Tapi memang dasar yang namanya anak-anak ada saja kelakuannya.

"Jangan aneh-aneh Rafael." Kaela dengan cepat menyambar kunci mobil yang menggantung itu, kemudian memasukannya ke dalam tas.

Rafael cemberut, memilih membuang muka dan menatap sekeliling yang ternyata ada sebuah objek yang kini menjadi pusat perhatiannya. Disana, terlihat Kakaknya tengah mendorong seseorang hingga jatuh tersungkur.

Saking fokusnya menghubungi Samuel, Kaela tidak menyadari jika Rafael telah membuka pintu mobil hingga berlari keluar tanpa pengawasan darinya.

Brak

Mendengar suara pintu mobil yang sangat keras membuat Kaela menatap ke samping.

"RAFAEL." teriak Kaela saat melihat Rafael yang berlari dengan begitu lincah tanpa memperhatikan jalan. Dengan cepat Kaela menyusul, mengejar langkah anaknya.

REVISI
SENIN, 1 NOVEMBER 2021

Rafael [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang