Alastha- 2

6K 331 12
                                    

Bagaimana mungkin bertahan
Saat sikapmu isyaratkan kebencian


★★★


Alastha melihat sebuah kertas yang berisi tentang profil Amata, gadis yang telah berani berurusan dengannya. Dan sekarang, Amata harus mengikuti permainan Alastha karena telah berani masuk ke kandang singa Alastha.

"Amata Taylor? Sepertinya Nama gadis itu tidak asing?" gumam Alastha yang bisa didengar ketiga temannya itu.

"Mungkin hanya perasaanmu," ucap Nazz pada Alastha.

"Terserah! Dia juga pernah tinggal di Indonesia?" gumam Alastha.

"Ya, dari informasi yang ku dapatkan, ibu dari Amata adalah orang Indonesia," jawab Nazz.

"Lalu kenapa dia bisa ada di Los Angeles?" tanya Alastha dengan ekspresi ingin tahunnya.

"Ayahnya asli Amerika," jawab Nazz.

"Dan kau, El. Dari mana kau tahu dengan Amata?" tanya Alastha pada Elbarack yang sibuk mengurus perempuan yang bergelayut manja di lengannya.

"Gadis mana yang aku tak kenal?" tanya Elbarack dengan tampang sombongnya.

"Di sini tertulis bahwa dia anak tunggal?" tanya Alastha yang diangguki oleh Nazz.

"Dia tinggal dimana?" tanya Alastha.

"Di rumah orang tuanya, keluarganya ada di Amerika, hanya nenek dan kakeknya yang tinggal di Indonesia," jawab Nazz sembari mengambil sekotak rokok dari saku kemeja Evan.

Alastha menyeringai, ia sudah tahu permainan apa yang akan ia mainkan bersama Amata. Lihat, siapa yang akan jadi penguasa dan siapa yang akan menderita.

Alastha melirik pada Evan yang sibuk memainkan asap rokok nya. Evan memang orangnya seperti itu, orangnya lebih banyak diam dengan tampang datarnya. Kalau Nazz? Sikapnya menentukan seperti apa orang menyikapinya. Dan Elbarack? Dia playboy tingkat akut, mantan dan pacarnya bertebaran di mana-mana dan saling akur.

"Evan, kau bisa membantuku?" tanya Alastha yang membuat Evan melirik padanya.

Evan mengernyit kan dahi nya pertanda menanyakan 'apa?'

"Bantu aku ...."

***

Seorang gadis blesteran Amerika-Indonesia sedang asik bergelung dengan selimutnya menyelami dunia mimpi sampai suara ketukan pintu yang sangat keras mengusik tidur nyamannya.

"AMATA, BANGUN! KAMU TIDAK INGIN KESEKOLAH?!" teriakan menggelegar itu berasal dari mulut Patricia, ibunya yang super pedas, biasa ibu-ibu Indonesia 'kan tidak ada tandingannya.

"Lima menit lagi, Ma!" balas Amata setengah berteriak.

"Bagaimana kalau Mama bilang kalau jam sudah menunjukkan pukul tujuh?" ucap Patricia.

Ketika mendengar itu, Amata langsung menyingkap selimutnya dan segera berlari ke kamar mandi tak lupa menyambar handuknya.

"Sepuluh menit lagi Amata turun, Ma," teriak Amata dari dalam kamar mandi.

ALASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang