Jika kamu lelah, pergilah! Aku takut kamu bertahan karena kasihan
***
Hening. Itulah keadaan yang tergambar dalam mobil sport merah Alastha sekarang ini. Alastha sibuk menyetir sedangkan Amata sibuk bergelut dengan pikirannya.
Yang dipikirkan Amata tidak jauh dari orang di sebelahnya ini. Amata sekarang tengah memikirkan tentang permainan Alastha ini, semua perlakuan Alastha pada dirinya selama ini hanyalah sandiwara untuk memenangkan permainannya dan balas dendam pada Amata.
Itu artinya, perlakuan manis Alastha selama ini padanya bukanlah tulus dari hati, melainkan hanya usaha untuk meluluhkan hati seorang Amata. Jangan sampai Amata jatuh karena perlakuan Alastha padanya, Alastha akan menang dalam permainan ini dan Amata yang akan hancur.
"Alastha ...." Akhirnya kata pertama keluar dari mulut Amata.
"Apa?" tanya Alastha yang fokusnya masih pada padatnya jalanan Amerika.
"Kita selesaikan semuanya di sini." Alastha mengernyit ketika mendengar ucapan Amata itu. Apa yang harus diselesaikan?
"Maksudnya?"
Amata menghembuskan napas beratnya, bagaimanapun semua ini harus dihentikan sebelum hati sudah masuk dalam permainan ini.
"Alastha, aku benar-benar menyesal karena sudah meng-gossip-kanmu waktu itu, aku tidak tahu akibatnya akan panjang seperti sekarang ini. I'm so sorry, aku tulus meminta maaf padamu, kita selesaikan semuanya hari ini, detik ini juga, dan ... anggap kejadian belakangan ini tidak pernah ada, anggap kita tidak saling mengenal," tutur Amata.
Alastha menghentikan mobilnya mendadak ketika mendengar kata selesai dari Amata. Apa katanya?
Alastha menoleh ke arah Amata yang tengah menatapnya dengan penuh keyakinan. Oh, tatapan itu yang dilihatnya waktu ia membawa Amata ke belakang sekolah waktu itu. Apa sekarang Amata yakin bahwa Alastha akan melepasnya begitu saja? Bahkan setelah Alastha membawa perasaannya pada Amata?
"No, Amata! Will never!" balas Alastha dingin. Sifat asli monster berwajah dewa ini sudah mulai keluar.
"Why?" tanya Amata frustasi.
Alastha terdiam. Leader Allons ini tidak bisa menjawab pertanyaan singkat Amata itu. Tidak mungkin 'kan Alastha mengatakan bahwa ia mulai menyukai Amata? Atau bahkan mencintai?
"Alastha, i'm please! Aku ... Aku tidak ingin melibatkan perasaan dalam permainan tidak jelas kau ini" lirih Amata.
Alastha menghembuskan napas gusarnya. Ia juga tidak mempunyai alasan yang meyakinkan untuk tetap mempertahankan Amata di sampingnya. Ia cinta, tapi bagaimana dengan Amata? Apa gadis itu juga mempunyai perasaannya yang sama terhadapnya?
"I have a condition for that," ucap Alastha pada akhirnya.
"Aku akan melakukan apapun asalkan aku bisa keluar dari lingkaran setan yang kau buat ini," ucap Amata begitu yakin dengan syarat yang dikatakan oleh Alastha.
"Dua bulan, kau harus menjadi kekasihku selama dua bulan," sarkas Alastha membuat Amata tertegun. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran Alastha?
"Tapi Alas-"
"Itu keputusan akhirnya Amata, kalau tidak mau yasudah it's okay. Permainanku ini tidak akan berakhir sampai ada salah satu dari kita yang menang," ucap Alastha yang mulai melajukan mobilnya.
Amata menghembuskan napasnya. Oke, ini hanya dua bulan. Yakinkan pada Amata kalau penderitaan ini hanya dua bulan dan seterusnya ia akan terbebas dari Alastha, dan tolong ingatkan pada Amata untuk tidak melibatkan perasaan selama dua bulan itu.
"Oke," putus Amata pada akhirnya.
Alastha tersenyum dengan keputusan yang dipilih Amata. Ia mempunyai waktu dua bulan untuk membuat Amata jatuh cinta padanya, dan ... kalau dalam dua bulan ia gagal, mungkin ia akan pasrah dengan takdir bahwa Amata bukanlah jodohnya.
***
"Thanks atas tumpangannya, aku akan masuk sekarang." Amata melepas seat belt-nya ketika mobil sport Alastha berhenti tepat di rumahnya.
Sebelum Amata berhasil keluar dari pintu mobil itu, Alastha menarik Amata hingga Amata kembali terduduk pada kursi mobil.
Alastha mendekat pada Amata yang sekarang tengah diam kebingungan dengan sifat Alastha. Oh no! Tolong beri tahu Amata kalau selain bringas, leader Allons ini juga mesum!
"A-ada apa Alas?" tanya Amata gelagapan.
Alastha menghembuskan napasnya tepat di wajah Amata hingga membuat Amata terpejam, apa yang akan dilakukan pria di dekatnya ini?
"Lecet, keningmu luka Mata, kau yakin perampok itu tidak menyerangmu di sini?" tanya Alastha menyentuh kening mulus Amata.
Amata mengernyit. Perampok tadi hanya mendorongnya, penjahat itu tidak pernah menyentuh keningnya, lantas bagaimana bisa ada luka di sana?
"Luka? Perasaan perampok itu hanya mendorongku, bagaimana bisa keningmu terluka?" tanya Amata. Tangan Amata beranjak ingin menyentuh keningnya, tapi segera dihalang oleh Alastha.
Cup!
"Lukanya sudah sembuh," gumam Alastha setelah mengecup kening Amata tadi. Tangannya beranjak menyampirkan anak rambut Amata yang menghalang penglihatannya ke telinga.
Amata terdiam mematung dengan perbuatan Alastha tadi. Ah kenapa Alastha jadi manis seperti ini? Bukankah tadi Amata sangat kesal dengan Alastha?
"Cantik," gumam Alastha dan mulai mengecupi seluruh bagian wajah Amata hingga membuat si empunya risih.
Alastha menempelkan telunjuknya pada bibir Amata, dan mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Amata. Satu kecupan singkat yang dihalangi telunjuk Alastha mendarat tepat pada bibir gadis berambut hitam itu.
Alastha menjauhkan wajahnya dari Amata yang sedang diam mematung dengan mata tertutup.
Tangan Alastha menepuk-nepuk kepala Amata hingga membuat Amata mendongak menatap Alastha yang sedang tersenyum manis padanya.
"Jadilah kekasih yang baik, yang menurut pada kekasihnya," ucap Alastha dan membukakan Amata pintu.
"Ma-makasih," ucap Amata dan segera keluar dari mobil laknat itu. Sudah terbilang dua kali Alastha menciumnya di mobil itu.
***
"Me and Amata are already dating." Ketiga orang yang sedang bercanda gurau menghentikan kegiatannya dan melihat ke arah sumber suara.
Alastha. Laki-laki tampan itu berdiri dengan jaket hitam dan celana jeans-nya.
Evan menyeringai, sudah ia duga akan menjadi seperti ini. Mau mengelak apa lagi sahabatnya yang satu ini? Ini sudah bukan di luar permainan, pancaran mata dari Alastha itu membuktikan keseriusannya terhadap Amata.
"Congratulations Captain!" ucap Elbarack dan menarik Alastha supaya ikut duduk bersama yang lain.
"Jadi Captain kita berhasil membawa Amata ke jebakannya?" tanya Nazz.
Alastha hanya menggedikkan bahunya. Ia tidak tahu dengan kondisi ini, Amata yang masuk ke jebakannya atau malah ia yang jatuh hati pada Amata?
"Sejak kapan?" tanya Evan sembari menghirup asap rokoknya.
***
Revisi. 8 Mei 2021.
Siang yang membosankan
Wonder by Shawn Mendes—Hanifah Nurul
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...