Alastha- 36

2.2K 133 0
                                    

Every now and then I want to be you, easy going regardless of the wait

★★★

Alastha menghempaskan bokongnya di atas kasur putih yang berada tepat di belakangnya. Nampaknya laki-laki itu baru saja selesai membersihkan dirinya melihat rambut hitam kecoklatannya yang basah dengan handuk kecil tersampir di bahunya.

Satu helaan napas terdengar dari mulut laki-laki itu, harapan Alastha sangat besar untuk bisa memperbaiki hubungannya di masa lalu. Ya, memperbaiki hubungannya yang sempat ternodai oleh Grace. Jujur, ia masih menyesal karena tidak mendengarkan ucapan Elbarack malam itu. Beruntung, wanita rubah itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Alastha bangkit dari duduknya dan berjalan kaki arah kaca besar yang menjadi dinding kamarnya ini. Alastha menatap berbagai aktivitas di bawah sana, jalanan Jakarta ternyata sangat ramai di malam hari.

Seulas senyum terbit dari bibirnya, senyum yang tak pernah muncul semenjak lima tahun lalu. Bahkan ketika Elissa menikah pun Alastha hanya menampilkan wajib datarnya.

Alastha sudah sejauh ini, andai dari dulu ia datang ke sini, pasti Amata telah berada di pelukannya sekarang, mungkin. Ataupun tidak, Alastha tidak pernah mengetahui rintangan apa di depan sana.

"Aku mohon, tunggu sebentar lagi."

★★★

Seorang pria berkaos abu-abu menatap kesal pada perempuan yang berjalan santai di depannya. Tidakkah perempuan ini mempunyai rasa kasihan terhadapnya? Ia sudah lelah karena baru pulang bekerja dan sekarang malah minta ditemani pergi ke pasar.

Segala disuruh membawa belanjaan sebanyak ini lagi. Lihatlah sekarang, kedua tangannya sekarang sudah penuh dengan kantong plastik berbagai warna.

"Mata, emang harus sebanyak ini ya?" tanya Bumi. Itu adalah Bumi dan Amata.

"Iya, itu daftar belanjaan Mak lo juga, makanya bantuin," jawab Amata.

"Bantuin dong bawa belanjaannya! Gue lelah nih, orang habis kerja juga," keluh Bumi.

Amata berdecak sebal dan berbalik melihat ke arah Bumi yang juga tengah menatapnya.

"Laki-laki gak sih? Itu aja ribet! Niat bantuin atau gak sih?" kesal Amata.

Bumi menghela napasnya, benar-benar galak! Untung cinta.

"Ho'oh! Yaudah mau belanja apa lagi nih?" tanya Bumi memaksakan senyumannya.

"Mau beli sayur, habis itu pulang," ucap Amata yang diangguki Bumi.

Bumi Anderlecht, laki-laki yang menemani Amata selama lima tahun belakangan ini. Laki-laki berkulit putih ini berhasil menggantikan posisi sang kembaran dalam menjaga Amata, meskipun ia juga melibatkan perasaan dalam hal ini.

Kalian bertanya kenapa nama marga Bumi berbeda dengan Angkasa? Ya ... sebab keluarga mereka berbeda. Meskipun sekarang ia tinggal dengan keluarga kandungnya, Bumi secara hukum masih menjadi bagian dari keluarga angkatnya, Anderlecht.

Jujur, kembaran dari Angkasa ini tidak bisa mengendalikan perasaannya terhadap Amata. Rasa itu tumbuh sendiri dalam hatinya dan semakin berkembang, meskipun dulu ia berusaha menepis perasaan itu.

Sekarang ia tak lagi mempermasalahkan perasaannya. Bumi mencintai Amata, itu adalah kenyataannya sekarang. Meskipun selama ini Amata hanya menganggap Bumi sebagai Angkasa.

ALASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang