Loving those who don't love you is like hugging a cactus.
It hurts more and more★★★
Kerlap kerlip lampu sebuah ruangan mengiringi lautan manusia yang tengah menampilkan raut yang bahagia, ekspresi mereka mewakili suasana hati mereka semua. Mungkin, seorang gadis dengan dress hitam yang tengah duduk di sebuah sofa itu mungkin pengecualiannya.
"Happy Birthday, Babe!" Gadis itu terperanjat kaget ketika tiba-tiba saja laki-laki menyebalkan itu melompat dari belakang dan langsung duduk di sebelahnya.
"Bisa gak, gak bikin orang jantungan?" kesal gadis itu.
Laki-laki itu terkekeh dan menyodorkan sebuah kotak kecil panjang pada gadis itu. "Gue gak tahu lo suka atau gak sih, tapi semoga aja."
"Thanks."
Laki-laki itu mengangguk dan langsung memeluk gadis yang pernah berada dalam hatinya itu. Mungkin sekarang masih?
"Gue tahu lo lagi sedih, tapi jangan berlarut-larut! Ini pesta lo, nikmati malam ini!" bisik laki-laki itu sembari mengusap punggung sang gadis.
Gadis itu mengangguk dan melepas pelukannya. "Gue jadi ingat Angkasa."
Laki-laki itu terkekeh dan menepuk rambut gadis itu. "Angkasa ada di sini."
Gadis yang tak lain adalah Amata itu kembali memeluk pria di sampingnya, itu Bumi. "Makasih buat semuanya."
"Apapun asal lo gak sedih lagi."
Amata tersenyum dan berdiri dari duduknya.
"Kemana?" tanya Bumi.
"Nyamperin yang lain, lo tetap mau di situ? Gak mau ikut?" Amata bertanya balik.
Bumi melihat ke arah jam tangan yang melingkar manis di pergelangannya, kemudian laki-laki itu mengangguk. Masih ada waktu, bathinnya.
"Gue ikut, malem ini gue bakalan jadi pengawal buat Tuan Putri ini."
Amata terkekeh dengan ucapan Bumi itu. "Kenapa gak pangeran coba?"
Bumi mengangkat bahunya acuh. "Ntar pangerannya juga datang."
Amata mengernyit dengan ucapan Bumi tadi, tapi gadis yang usianya telah menginjak dua puluh tiga tahun hanya memilih menggedikkan bahunya acuh. Sekarang pestanya, jadi jangan terlalu banyak pikiran di hari yang bahagia ini.
Amata berjalan ke arah seorang gadis yang tengah duduk bersama dengan seorang laki-laki di sebuah meja. Ah, ia sudah lama tidak bertemu dengan perempuan itu. Jadwalnya maupun gadis itu terlalu padat hanya untuk sekedar bertatap muka.
Bahkan ketika ia berada di negara yang sama, mereka hanya bisa bersapa lewat panggilan telepon.
"Teresia!"
Gadis yang tengah mengobrol dengan laki-laki di sampingnya itu menoleh ketika namanya dipanggil. Teresia berdiri dan langsung berhambur memeluk sahabat sepergosipannya itu.
"Thank, sudah datang. Finally we met too, I really miss you I swear!" ucap Amata.
"I also miss you, you don't have to gossip, it's not fun you know!" ucap Teresia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...