Let's just say yesterday's conversation was a gift from our friendship
★★★
"Oh Evan itu saudaramu? Kukira selama ini anak buahmu." Vernand tertawa dengan ucapannya sendiri. Laki-laki gila itu memang hobi memancing emosi orang dan kabur seperti pecundang.
"Jaga ucapanmu sialan!" desis Evan. Jujur, Evan sangat tidak suka ada orang yang menjelek-jelekkannya. Apalagi seorang Vernand, telinganya seperti terbakar dan sesosok Iblis mencoba bangkit dari dalam dirinya.
"Kenapa aku harus menjaga ucapanku? Aku benar 'kan?" tanya Vernand terkekeh.
Amata dan Angkasa hanya begidik ngeri melihat Vernand. Mantan Leader WtBlack itu benar-benar sudah seperti orang gila.
Rahang Alastha dan Evan mengeras, tangan mereka terkepal bersiap untuk membunuh laki-laki di depan mereka itu dalam sekali pukul. Jangan pernah main-main dengan dua Iblis yang bernama Alastha dan Evan.
Ketika Evan ingin melayangkan pukulannya pada Vernand, Sachiko memegang tangan Evan yang membuat Evan mau tak mau menghentikan gerakan tangannya yang sebentar lagi akan menggores wajah Vernand.
"Kita pulang saja Evan, biarkan saja dia," ucap Sachiko.
"Tapi orang sepertinya tidak bisa dibiarkan lagi Sachi! Tidak pantas untuk hidup!" tegas Evan.
"Kau bukan Tuhan yang berhak menentukan hidup dan matinya seseorang!" tegas Sachiko.
Evan menghembuskan napas beratnya dan langsung melayangkan pukulan pada hidung Vernand sampai terdengar bunyi sesuatu yang patah, darah langsung saja mengalir dari hidung Vernand yang membuat siapa saja melihatnya ngilu. Ya mungkin siapa saja, kecuali dua Iblis yang tengah menyeringai sekarang, Alastha dan Evan.
"Evan!" teriak Sachiko.
Evan langsung saja menarik Sachiko menjauh dari tempat itu.
"Ver-Vernand, kau ... tidak apa-apa?" tanya Amata. Jujur, sebagai manusia yang masih memiliki hati nurani, Amata khawatir pada kondisi Vernand sekarang.
Vernand menyeka darah segar yang terus mengalir dari hidungnya dan tersenyum pada Amata. "I'm okay."
Setelah mengucapkan itu, Vernand langsung saja berlari menjauh dari tempat itu diikuti oleh orang yang bersama Vernand tadi. Alastha langsung ingin mengejarnya sebelum ucapan Amata membuat langkah Alastha terhenti.
"Kau masih ingin mengejarnya setelah kondisinya seperti itu?"
Alastha tersenyum miris dan berjalan mendekati Amata.
"Kau tidak mengerti masalahnya Mata," ucap Alastha.
"Aku mengerti! Aku mengerti bagaimana brengseknya kau dan Vernand! Kalian berdua tidak ada bedanya!" tegas Amata.
Rahang Alastha mengeras ketika mendengar ucapan Amata itu. Jangan samakan Alastha dengan Vernand! Mereka jelas-jelas berbeda!
Alastha menghembuskan napasnya dan menarik tangan Amata. "Pulang!"
Amata langsung saja menarik tangannya dari genggaman Alastha.
"Siapa kau berani menyuruhku?" tanya Amata sengit.
"Pulang bersamaku!" Ulang Alastha.
"I don't want to! Kau tidak berhak menyuruhku seperti itu!" ucap Amata lagi.
"Pul–"
"Did you hear what she said? Dia tidak ingin pulang bersamamu! Lagipula dia datang bersamaku berarti pulangnya juga bersamaku!" Alastha menoleh ke arah Angkasa yang berada di samping Amata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...