It doesn't stop, I just know myself!
★★★
Alastha memberhentikan motor hitamnya di sebuah pantai yang sepi pengunjung, sengaja Alastha mencari tempat yang sepi supaya tidak ada yang mengganggu obrolannya. Bukankah ini untuk yang terakhir kalinya?
Amata turun dari motor Alastha dan berdiri di samping laki-laki itu. "Pantai?"
Alastha mengangguk lalu menggenggam erat tangan Amata, membawa gadis itu ke pinggir pantai guna melihat bagaimana kuatnya deburan ombak di pagi hari ini. Ini cukup menenangkan sebelum Alastha mulai menceritakan semuanya.
"Indah." Amata menoleh ke arah Alastha ketika mendengar gumaman laki-laki itu. Kedua sudut bibirnya terangkat melihat Alastha menutup kedua matanya menikmati angin pagi yang bertiup di sini.
Amata mengusap lengan atasnya yang mulai kedinginan. Amata menyesal karena memakai kaus kebesaran yang membuat angin berhembus memasuki setiap inci tubuhnya.
"Alastha, dingin," cicit Amata menatap laki-laki di sampingnya.
Alastha menoleh ke arah Amata dan menyunggingkan senyumannya. Kedua lengan kokohnya segera menarik tubuh mungil di depannya untuk berada di dekapannya.
"Hangat," gumam Alastha.
Sedangkan Amata hanya diam mematung di pelukan Alastha. Bukan! Bukan karena perlakuan Alastha secara tiba-tiba itu, tapi karena di posisi seperti ini gadis itu bisa mendengar dengan jelas detak jantung Alastha yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
Amata segera mendorong Alastha. "Alastha! Again seriously know, ini benar-benar dingin!"
Alastha terkekeh melihat wajah kesal di depannya. Tangannya bergerak membuka jaket hitam miliknya yang menyisakan kaus abu-abu yang kontras dengan kulit putih Alastha.
Alastha dengan telaten memasangkan jaket itu pada tubuh gadis di depannya.
"Sudah mendingan?" Amata mengangguk menjawab pertanyaan Alastha itu.
Alastha kembali menggenggam tangan Amata dan membawanya ke bawah pohon kelapa yang tak jauh dari sana. Mereka duduk di sana sembari menatap birunya hamparan laut di depan sana.
"Kau tahu tidak, I still love you, You are still the main topic in my heart. Ternyata menahan rindu selama lima tahun itu tidak enak." Alastha terkekeh dengan ucapannya sendiri. Sedangkan Amata hanya diam menyimak setiap kalimat yang dilontarkan pria di sampingnya itu.
"Kau tahu Mata, apa yang kulakukan di penjara selama satu tahun? Satu tahunku yang sia-sia itu aku habiskan untuk menggumamkan kata maaf padamu, walaupun aku tahu, kamu tidak mungkin mendengarkannya."
Alastha menundukkan kepalanya dan menggenggam erat tangan Amata. "Maaf."
Alastha menghembuskan napas kasarnya.
"Setelah aku keluar dari penjara, aku mencarimu dengan harapan kau masih menungguku. Tapi ternyata kau sudah pergi, pada saat itu aku benar-benar kacau. Aku sudah menanyakan keberadaanmu pada Teresia."
"Teresia bilang, setelah lulus kau kembali ke Indonesia bersama kembaran Angkasa. Aku sempat ingin menyusulmu, tapi aku sadar, kau telah banyak kecewa padaku. Jadi, aku menunggumu menenangkan diri dulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...