Aku menyerah dalam kata tapi tidak dalam doa
***
Alastha berjalan di sepanjang lorong sekolah yang menghubungkannya dengan gudang sekolah yang terkenal sangat angker. Disepanjang perjalanan dia selalu menyeringai mengingat permainannya dengan Amata akan segera dimulai. Untung tidak ada orang yang berlalu lalang di sini, kalau ada mungkin mereka sudah mengatakan Alastha gesrek atau kerasukan setan penunggu gudang.
Sebenarnya gudang itu tidak benar-benar angker, itu hanya akal-akalan orang dalam saja untuk menakut-nakuti para siswa supaya tidak datang kesana, dan Alastha tahu itu.
Entah apa alasannya semua siswa dilarang keras untuk memasuki ruangan yang satu ini, tapi Alastha sama sekali tidak mempermasalahkannya.
Alastha mengeluarkan kunci gudang dari dalam saku celananya dan memasukkannya ke lubang kunci itu, setelahnya Alastha menendang dengan keras pintu gudang dan seketika terpampang lah pemandangan gudang yang sudah terbengkalai, banyak kardus dan kertas yang berserakan dimana-mana.
Alastha masuk kedalam gudang itu dengan seringaian kecilnya lalu menutup pintu gudang itu kembali. "Tunggu kau, Nona Taylor!"
Disisi lain, Evan sedang melihat-lihat handphonenya dengan tampang yang kembali datar.
"Hmm, Amata," ucap Evan ragu, sekarang waktunya permainan Alastha dimulai.
"Ya?" tanya Amata tidak mengerti.
"Hmm, bisakah aku meminta tolong?" tanya Evan.
"Mi-minta tolong apa?"
"Jadi begini, aku disuruh oleh Sir. Daniel untuk membersihkan gudang belakang sekolah, akan tetapi aku tidak bisa karena harus mengantarkan ayahku ke Bandara, jadi-"
"Jangan bilang kalau kau ingin Amata untuk menggantikanmu membersihkan gudang itu?" Potong Teresia dan dibalas anggukan kecil oleh Evan.
"Tidak! Kau gila? Gudang itu angker!" Lanjut Teresia.
Gila, ternyata sangat susah untuk membujuk Amata, ia sedari tadi hanya diam. Kalau seperti ini, Alastha bisa marah besar pada Evan dan membahayakan seseorang yang sangat berharga baginya.
Evan memasang wajah memelasnya, yang pasti seumur-umur tidak pernah dilihat oleh seluruh manusia, bahkan ketiga temannya saja tidak pernah melihat wajah Evan memohon seperti itu. Apa yang sebenarnya ia rencanakan bersama Alastha dan siapa kelemahan Evan hingga bisa membuatnya jadi lemah seperti itu?
Amata yang melihat wajah Evan itu jadi tidak tega, seumur-umur yang pernah dilihat Amata dari Cold Prince ini hanyalah wajah dingin dan datarnya, dan sekarang ....
"Ku mohon, Amata!" mohon Evan.
Amata menghela napas beratnya dan mengiyakan permohonan Evan, toh juga seorang Evan Saunders yang terkenal dengan keseriusannya tidak mungkin membohonginya, iya kan?
***
Amata berjalan menyusui lorong nan sepi itu, lorong yang tidak terlalu panjang tapi bisa membuat bulu kuduk merinding dibuatnya.
Mendengar dari gosip yang beredar, gudang sekolah ini dulunya adalah tempat dimana seseorang dikurung dan dibiarkan begitu saja hinggal ajal menjemputnya. Tapi entah benar atau tidak, Amata sama sekali tidak tahu kebenarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...