Alastha- 40

2.8K 129 7
                                    

The most terrifying situation besides being forgotten is forcing myself to forget

★★★


"Bagaimana Amata akan bahagia kalau kebahagiaannya adalah dirimu?" Alastha dan Amata kompak menoleh ke sumber suara. Terdapat Bumi berdiri di ambang pintu.

Bumi menghela napasnya dan melangkah ke arah dua sejoli itu. Bumi memandang ke arah Alastha yang juga tengah menatapnya dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.

"Maaf, selama ini aku diam. Aku mencintai Amata, tapi fakta itu menyulitkanku. Tapi tadi malam aku sadar, selama ini aku terlalu egois, aku tidak ingin ada banyak hati yang terluka hanya gara-gara perasaanku ini."

Alastha tersenyum tipis ketika Bumi mengucapkan itu. Akhirnya laki-laki ini berani bersuara juga.

"Kau membicarakan apa Bumi?" tanya Amata kebingungan.

"Ini kebenarannya Amata! Ini kebenaran yang selama ini aku pendam sendirian," ucap Bumi menatap lekat gadis itu.

"Maksudmu?" Oh Amata semakin bingung sekarang.

Bumi menghembuskan napasnya, apa ia benar-benar harus mengungkapkannya sekarang?

"Kau tahu Amata, bukan Alastha yang membunuh Angkasa." Amata membulatkan matanya dengan ucapan Bumi barusan.

"Omong kosong apa ini Bumi?" Amata berdiri dari duduknya dan menatap Bumi dengan tajam.

"Vernand! Vernand pelaku sebenarnya," tagas Bumi. Mata sipit laki-laki itu menatap serius pada Amata.

"Dari mana kau tahu Vernand? Jelas-jelas Alastha yang bersalah!" tegas Amata.

Kepala gadis itu pusing dengan pembicaraan ini. Kasus ini sudah lima tahun yang lalu tidak dibicarakan kembali, tapi sekarang? Mendadak Bumi membicarakan tentang peristiwa pembunuhan ini.

"Kau tahu Rio, Amata? Dia bilang, dia teman masa kecilmu dengan Angkasa," tanya Bumi.

Amata mengernyit bingung. Tampaknya ia sedikit familiar dengan nama itu. Rio? Bukannya ia ....

"Rio? Bukannya dia sudah mati?" tanya Amata. Apa hubungan Rio dengan masalah ini? Rio sudah pergi dari dunia ini sejak usianya dua belas tahun.

"Belum, hampir! Kau tahu, dia itu sepupu dari Vernand. Dia satu-satunya saksi mata di hari itu, dia juga mempunyai dendam terhadap Vernand. Dia tahu kalau aku mempunyai kemiripan dengan Angkasa, jadi itu sebabnya dia menceritakan ini semua padaku."

Amata mengacak-acak rambutnya, kenapa serumit ini? "Lalu alasan Vernand membunuh Angkasa apa?"

"Vernand merasa tersaingi atas kehadiran Angkasa, dia tidak suka dengan Angkasa," jawab Bumi.

"Apa harus dengan cara membunuh?"

"Kau mantan kekasih Vernand, seharusnya kau tahu betapa gilanya laki-laki itu, apalagi dia begitu terobsesi padamu," jelas Bumi.

"Kau yakin akan hal ini?"

"Bahkan aku mempunyai buktinya."

Amata mengacak rambutnya frustasi dan menoleh ke arah Alastha yang sedari tadi hanya diam sembari menatap dirinya.

"Maaf."

Alastha hanya mengangguk. Ia tahu hari ini akan tiba, jadi ia tidak terlalu terkejut.

"Oh ya, soal Grace ... Evan sudah menghubungiku, dia bi–"

"Evan tahu semua ini?" Mata Alastha membulat ketika nama Evan disebut.

Bumi terkekeh. "Tidak semuanya juga, Evan cuma tahu sepenggal dari ceritanya."

ALASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang