Alastha- 32

2K 115 5
                                    

Let God's hand work in your life, so that you are ready to be whatever he wants

★★★


Vernand menyeringai kala melihat sosok tak berdaya yang telah bergelimangan darah di depannya. Sebenarnya ada sedikit rasa takut dalam diri Vernand, ia bukanlah seorang Evan yang bisa seenaknya menghilangkan nyawa orang. Ia masih waras!

Vernand menghela napasnya dan menepis keringat di pelipisnya. "Rio, bereskan dia. Aku ingin menghubungi Alastha dulu." Setelah mengucapkan itu, Vernand berlalu keluar dari gudang terbengkalai itu.

Rio meringis melihat tubuh Angkasa yang tergeletak tak berdaya dengan darah bercucuran dari tubuhnya. Sakit, Rio tahu itu sangat sakit.

Rio berjalan ke arah Angkasa, Rio tahu laki-laki itu masih hidup. Sebuah seringaian kecil tercetak di bibir Rio.

"Angkasa. Angkasa Laksmana? Sudah lama kita tidak bertemu ya? Dan sekarang kita dipertemukan disini." Rio menghembuskan napas kasarnya dan kembali menatap Angkasa.

"Andai kau menolongku waktu itu dan menerimaku tanpa ada kata cacian yang keluar dari mulutmu itu." Rio mengangkat sebelah alisnya dan tersenyum. Oh bukan, lebih tepatnya seringaian. "Sekarang hidup atau mati-mu tergantung aku begitu?"

Rio memegang balok kayu yang digunakan Vernand tadi. Terdapat banyak bercak darah disana. "Hmm?"

Sedangkan dari luar, di tempat Vernand sekarang berdiri, laki-laki itu sedang mengutak-atik handphonenya. Untuk melancarkan rencananya, bukan hanya Alastha yang harus ia hubungi, tapi polisi juga harus terlibat dalam ini bukan?

Vernand mencoba mengingat kenalan polisi yang selama ini selalu membantunya. Oh ia mengingat satu nama!

Vernand mengutak-atik handphonenya guna mencari nomor Alastha disana. Jelas Vernand mempunyai nomor Alastha, bahkan ia mempunyai kontak setiap ketua geng di kota ini. Tapi yang pasti, nomor yang sekarang dipakai Vernand bukanlah nomornya. Melainkan nomor samaran, nomor yang sama dengan yang mengirimi Amata pesan beberapa waktu lalu. Mungkin?

[Halo?]

Vernand menyeringai kala sambungan panggilannya diangkat oleh orang di seberang. Suara baritone Alastha memenuhi pendengarannya.

"Amata ada di gedung Ethiopia sekarang. Selamat atau tidaknya, semua tergantung dirimu."

[Sialan! Apa mau-mu?]

Vernand terkekeh. Nada khawatir sangat kentara di suara Alastha tersebut. Nampaknya laki-laki itu telah mencintai Amata terlalu dalam.

[Come here!]

Panggilan diputus secara sepihak. Vernand menyeringai, sekarang tinggal menikmati apa yang telah ia rancang.

"Vernand!"

Vernand menoleh ke belakang kala Rio memanggilnya. Vernand menaikkan sebelah alisnya. "Bagaimana?"

"Beres!" jawab Rio sembari membersihkan beberapa bercak darah yang terdapat di jaketnya dengan air.

Vernand mengangguk. "Yasudah, urusan Alastha juga sudah selesai. Tinggal menunggu polisi datang kesini saja. Yasudah, kalau begitu kita pergi."

ALASTHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang