Sikap dinginmu yang membuat diriku semakin menjauh.
~Dwitya Maharani~
***
"Alastha, aku ingin bicara denganmu."
Suara Evan dari belakang itu berhasil menghentikan kegiatan Alastha yang sedang menghirup asap rokoknya di rooftop sekolah.
"What?" tanya Alastha tanpa membalikkan tubuhnya.
Evan berjalan kedepan hingga sudah berada di samping Alastha.
"Kau benar hanya menganggap permainan untuk balas dendammu 'kan?" tanya Evan yang membuat alis tebal Alastha naik sebelah.
"Ya, aku hanya ingin balas dendam saja padanya. So what?"
"Kau tak memiliki perasaan dan tidak akan memiliki perasaan padanya 'kan?" tanya Evan memastikan dan Alastha mengangguk mantap.
Evan menghembuskan napasnya. "Kuharap semua ucapanmu ini suatu hari tidak akan berubah."
"Terus, bagaimana soal ... Grace?" pertanyaan Evan tadi berhasil membuat rahang Alastha mengeras.
"Tidak usah bahas dia, aku sudah tidak mempunyai perasaan apapun padanya," balas Alastha.
"Kalau suatu hari dia kembali?"
"Ya kalau mau pulang, pulang saja! Apa urusannya denganku?" ucap Alastha dengan nada yang tidak peduli.
"Kalau dia datang lagi padamu bagaimana?"
Alastha mematikan rokoknya dan membuangnya ke sembarangan arah.
"Kau sebenarnya ingin membahas apa, Evan? Dari tadi kau membahas wanita, maksudmu apa?" tanya Alastha.
"Aku hanya tidak mau kau berubah menjadi pecundang hanya gara-gara wanita! Aku tahu dirimu, aku tahu semuanya tentangmu. Bagaimana kau dengan Grace dan bagaimana kau dengan Vernand-"
Evan menghembuskan napas kasar nya. "-aku percaya padamu kalau kau tidak mempunyai perasaan lagi pada Grace, dan nanti seandainya Grace kembali pun tidak ada masalahnya denganmu. Tapi Vernand? Dia selalu menjadi saingan terbesarmu, kau selalu melakukan apapun demi berhasil mengalahkannya. Dan sekarang, Vernand itu benar-benar masih punya perasaan yang kuat terhadap Amata, dan aku tidak bisa menjamin permainanmu sama sekali tidak membawa perasaan. Lama-kelamaan kau pasti akan jatuh juga terbawa perasaan."
"Kalau seandainya suatu hari nanti kau mencintai Amata, Vernand akan melakukan apa saja untuk menjatuhkanmu! Aku ha-"
"Ok-ok! I know!" Potong Alastha dan menepuk bahu Evan.
"Aku tidak akan jatuh ke dalam permainanku sendiri," lanjut Alastha.
Evan menghembuskan napas beratnya dan menyingkirkan tangan Alastha dari bahunya. "Kuharap semoga saja begitu. Ku ingatkan padamu, WtBlack bukan geng main-main!"
Setelah mengucapkan itu, Evan berbalik meninggalkan Alastha dengan wajah datarnya.
Evan berharap semua yang dikatakan Alastha itu benar, semoga saja.
Alastha sudah seperti saudara bagi Evan, ia tahu semua seluk beluk tentang Alastha. Bisa ia lihat Alastha dulu down gara-gara ditinggal pergi oleh Grace, semoga saja tidak dengan Amata.
***
"Hi Nona Amata?"
Amata terjengkit kaget ketika baru saja keluar dari toilet ia sudah mendengar suara orang yang sangat ia hindari. Alastha, sepertinya ia sengaja menunggu Amata keluar dari toilet dengan berdiri di depan pintu toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...