You are never wrong to choose to stay away!
★★★
Semilir angin yang berhembus menerbangkan helaian demi helaian rambut seorang gadis yang tengah duduk di sebuah pondok yang atapnya terbuat dari daun kelapa.Gadis itu terus-menerus menatap ke arah depan, melihat puluhan orang yang berjibaku dengan ombak, ataupun orang-orang yang hanya duduk di tepi pantai. Tanpa sadar gadis itu menyunggingkan senyumannya.
Gadis itu menatap para wisatawan yang terus-menerus datang kesini tanpa henti. Kulit putih, dan kecoklatan berbaur menjadi satu di sini. Mendengar derasnya deburan ombak membuat hatinya tenang, ditambah lagi dengan hembusan angin yang membuat gadis itu betah berlama-lama di sini.
Satu helaan napas keluar dari bibir gadis itu. Tak terasa waktu sangat cepat berlalu baginya, lima tahun telah berlalu dengan begitu cepat, membiarkan serpihan-serpihan kenangan di masa lalu mengalir mengikuti arusnya.
Bibirnya tersenyum mengingat peristiwa lima tahun yang lalu, kejadian yang mengharuskannya melupakan semua kenangan di negera yang pernah ia singgahi dulu dan akhirnya ia lebih memilih kembali ke negara asalnya, Indonesia.
Lima tahun ia menikmati hidupnya di tanah air ini, membuang dirinya yang dulu dan merubah dirinya yang baru, menjadi seseorang yang lebih dewasa lagi.
"Amata!"
Gadis itu menoleh ke samping ketika mendengar namanya dipanggil. Ya! Itu adalah Amata kita, tapi sekarang ia jauh lebih dewasa dari pada lima tahun yang lalu.
Amata tersenyum ketika melihat sosok yang sedari ia tunggu. Tubuh putih nan tinggi itu hanya memakai kaus putih dan celana pendek, di tangannya terdapat dua botol minuman dingin.
"Lama banget sih, gue udah nunggu dari tadi lho," ucap Amata sembari merebut satu botol minuman itu dari tangan laki-laki itu.
Laki-laki itu mendengus, bukannya berterimakasih, gadis di depannya ini malah memarahinya.
Laki-laki itu duduk di sebelah Amata sembari memperbaiki rambut Amata yang sedikit berantakan karena angin. Laki-laki menatap ke depan, pandangannya langsung tertuju pada Pantai Kuta yang sangat indah dan luas. Yap! Sekarang Amata sedang berada di Bali.
"Enak banget ya cuci mata di sini setiap hari." Laki-laki itu terkekeh ketika mendapat pukulan sadis dari gadis di sampingnya ini karena ucapannya barusan.
"Sakit Amata!" ringis laki-laki itu sembari mengusap bekas pukulan Amata tadi.
"Pantes!"
Laki-laki itu hanya berdecak sebal, ia kemudian diam sambil menikmati pemandangan di depannya. Indah, semuanya tampak indah dan saling melengkapi.
Tiba-tiba sebuah ide jahil muncul dalam otak laki-laki itu, kalau dihitung-hitung, ia sudah lama tidak menjahili Amata.
"Amata!"
"Hmm."
"Ngadep sini deh." Amata membalikkan tubuhnya menghadap laki-laki di sampingnya.
Tapi yang terjadi selanjutnya mampu membuat darahnya naik sanking kesalnya. Bagaimana tidak? Laki-laki di sampingnya ini malah mengecup pipinya dan sekarang sudah berlari menghindari amukannya.
"Angkasa!" teriak Amata kesal karena ulah laki-laki itu. Amata langsung saja mengejar laki-laki yang dipanggilnya Angkasa itu.
Aksi kejar-kejaran di siang itupun tak dapat terelakkan, banyak wisatawan yang melihat mereka tapi mereka tidak peduli sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALASTHA
Teen Fiction"Aku sudah kalah, aku ... mulai mencintainya." Karena melupakan seseorang yang hampir tergenggam itu tak semudah membalikkan telapak tangan. -Alastha Crawford- Berawal. Di atas bumi, bersama Tuhan Sang Penentu Takdir. Berakhir. 7 November 2020, di...