Dua Puluh

133 23 20
                                    

Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.

***

"Karena kita itu tentang gue dan lo, Shan."

***

"Shania?"

Shania terlonjak, terkejut setengah mati. Saking kagetnya, ia sampai tak sengaja menarik tali yang digunakan sebagai gantungan polaroid itu.

Ujung ikatan tali itu terurai, membuat beberapa foto terjatuh ke lantai. Dengan gemetar Shania ikut memunguti polaroid itu.

Pelan, Shania berdiri, melirik sekilas ke arah Redaf yang fokus menatap kumpulan foto itu. Shania menunduk, tidak berani menatap Redaf yang sepertinya marah.

"Lo kepo sama Thesa?"

Mulut Shania terkunci rapat. Pertanyaan yang dilontarkan Redaf membuat nyalinya menciut.

Gendang telinga Shania mendengar helaan napas. "Lo ke sini cari apa?"

"A-ambil pulpen, t-tadi udah bilang sama tante," cicit Shania pelan sekali.

"Udah ambil?"

Shania menggeleng. Redaf tampak berjalan menuju meja belajar, mengambil satu buah pulpen berwarna hitam, kemudian kembali ke Shania.

Manik Shania menatap pulpen yang disodorkan Redaf. Perlahan, Shania meraih pulpen itu, menggenggamnya erat.

Giliran tangan kanan Shania mengulurkan polaroid yang sempat terjatuh tadi. "M-maaf, Kak, g-gue ...."

"Apa? Suara lo enggak jelas, Shan," ujarnya.

"Maaf gue masuk ke kamar tanpa izin Kakak dan ... udah ngerusak tatanan foto itu," terang Shania.

Redaf mengambil foto-foto itu dari tangan Shania. "Ya udah, enggak papa. Lo lagi bahas biskuit sama Bunda?"

Kepala Shania terangguk. "Gue keluar dulu, Kak."

Shania melangkahkan kaki menuju pintu, kemudian membukanya. Ketika Shania hendak menutup pintunya, suara Redaf kembali terdengar. "Lo bisa tunggu gue, Shan? Sampe gue bener-bener bisa lepas dari Thesa. Harusnya gue yang minta maaf karena bikin lo bingung sama keadaan."

Satu kalimat yang meluncur dari mulut Shania membuat Redaf terhenyak.

"Shania bukan Kak Thesa, Kak."

Blam.

Pintu tertutup. Redaf masih mematung di tempat. Kalimat Shania menusuk tepat di ulu hatinya.

Otak Redaf menjerit membenarkan, tetapi hatinya menolak percaya. Apa ia memang berpikkr bahwa Shania dan Thesa itu ... sama?

***

Selesai berdiskusi tentang biskuit dan menerima ajakan makan siang, Shania menaruh kaus biru milik Thesa ke lemari Regina lagi. Setelahnya, Shania izin pualng pada Risma.

"Tante, makasih banyak bantuannya, kalo Shania sempat bakal buat lagi," ujar Shania.

"Jangan dipaksakan, Shan, bikin di waktu luang aja," petuah Risma.

WAIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang