Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.***
Bodohnya, aku masih berharap meski sudah tertebak jelas.
***
"Kita mau ngapain, sih, Kak?"
"Berisik."
Reza masuk ke kafe, diikuti Shania. Shania baru pertama kali mengunjungi kafe ini. Pearl Coffeshop.
"Duduk."
Shania menurut. Ia duduk di hadapan Reza yang sedang menaruh kunci motor dan ponsel di meja. Reza memanggil pelayan dan segera memesan tanpa mendengar pesanan Shania. Shania bete. Ia menekuk wajahnya. Entah kenapa, ia yang dulu takut pada Reza mulai kesal dengan laki-laki itu.
Reza memainkan ponselnya dan mengabaikan Shania. Membuat perempuan itu mengelus dada. Sabar, sabar, sabar, batin Shania.
Perhatian Shania berpindah ke kunci motor milik Reza. Ada sebuah gantungan kecil terbuat dari kain yang bertuliskan sebuah kata yang sepertinya sengaja dijahit.
VALACY.
Shania mengernyit. VALACY? Sepertinya Shania pernah mendengar kata ini, atau melihat mungkin, Shania lupa. Mungkin hanya perasaannya saja.
Pelayan perempuan itu meletakkan sebuah gelas yang sepertinya berisi jus mangga.
"Buat gue mana, Kak?" tanya Shania.
Reza mendongak. "Pesen sendiri!"
Shania mendelik. "Mau ngapain, Kak?!"
Reza meletakkan ponselnya. Membalas pelototan mata Shania. "Lo udah berani sama gue, ya?!"
Shania terdiam. Menggeleng pelan. "Enggak."
"Jawab pertanyaan gue tadi siang," tuntut Reza.
"Pertanyaan apa?"
"Tentang Redaf."
Shania mengangguk. "Gue emang penasaran, tapi itu, 'kan privasi dia."
"Gue ada penawaran. Gue bakal kasih tau semua yang mau lo tau, tapi lo harus ngelakuin sesuatu buat gue," ujar Reza serius.
Shania menggeleng patah-patah. "Enggak. Gue bukan penguntit."
Reza terhenyak. Ia kira Shania akan tertarik dengan tawarannya. "Serius enggak mau?"
"Kak Reza enggak denger? Gue enggak mau. Udah? Kak Reza cuma mau nanya itu?"
"Hm," gumam Reza.
Shania berdiri. "Ganggu jadwal latihan masak gue aja, sih, Kak. Pengin ketemu sama gue ngomong dong!"
Reza mendecih. "Udahlah, emang enggak guna lo!"
"Enak aja dibilang enggak guna!" Shania berteriak.
Beberapa orang menoleh, termasuk Wegan yang sedang mencatat pesanan di salah satu meja.
"Gue pulang dulu." Shania segera ngacir keluar kafe.
Wegan memanggil temannya untuk menggantikan tugasnya sedangkan ia mengambil ponsel di saku celana.
"Daf, Shania abis ketemuan sama Reza di kafe om gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIVE
Teen FictionOn going. *** Shania Tsabita adalah gadis imut berlesung pipi yang sering dibilang nolep oleh sahabatnya. Hobi membaca novel dan membuat kudapan manis. Karena sering larut dalam kisah fiksi yang kerap dia baca, Shania berharap kehidupannya akan ber...