Sebelas

137 23 4
                                    

Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.

***

Kenangan akan terus hidup meski cerita sudah mati.

***

"Yuk, turun, Shan."

Shania turun dari mobil, menatap takjub pada danau kecil yang baru pernah ia kunjungi ini. Meski tidak terlalu luas, tempat ini cocok untuk bermain dan melepas penat.

Pohon-pohon besar tampak kokoh menaungi siapa saja yang ada di sekitar danau. Situasinya juga tenang, meski ada beberapa orang yang juga sedang duduk menikmati pemandangan yang terpampang.

"Shan, gue boleh minta tolong?" tanya Redaf dari bagasi mobil.

"Apa yang bisa gue bantu, Kak?" tanya Shania. Ia meletakkan tas rotan miliknya.

"Gue bawa tikar dan kantong plastik gedenya, lo bawa sisanya, ya."

"Ahsiaaap!"

Redaf memilih spot yang akan digunakan mereka untuk piknik. Digelarnya tikar yang berukuran sedang itu, mengeluarkan isi kantong plastik, mulai menata barang bawaan.

"Ini ditaruh mana, Kak?" tanya Shania.

"Di situ aja. Ayo dirapiin dulu makanannya," kata Redaf.

Setelah lima menit membereskan makanan dan minuman, keduanya duduk bersebelahan. "Gue enggak tau, di sini ada danau bagus," ucap Shania.


"Gimana, lo suka?"

"Banget! Thanks, Kak. Ah, iya, gue bawa camilan juga, lho."

Shania membuka tas rotannya, mengeluarkan banyak makanan manis. Gadis itu mulai mendikte sambil menekuk jari satu per satu. "Ada biskuit cokelat, roti jahe, permen susu, cup cake, sama cokelat putih."


Redaf menatap kudapan manis itu dengan mata berbinar. Baru pernah ia berpiknik dengan makanan mewah seperti itu.

"Wah, kalo beli mahal pasti, beruntung banget gue dapet gratis dari Chef Shania," puji Redaf.

"Harganya lumayan, sih, kalo beli di toko. Tapi, Kak, kata siapa semua ini gratis?"

Redaf menoleh terkejut. "Eh, gue harus bayar?"

Shania mengangguk. "Bayar sama makanan punya Kakak, hehe. Kayaknya ayam panggang madu itu enak banget."

Redaf tertawa karena ucapan Shania. "Ya elah, Shan ... itu emang buat kita, kok, gue minta tolong bunda buat bikin tadi pagi."

"Aduh, pasti ngerepotin banget," keluh Shania.

"Enggak kok. Oh, iya, selain makanan, gue juga bawa beberapa mainan."

Shania mengernyit, menatap heran ke arah Redaf. "Mainan apa?"

"Nih." Redaf membuka kantong plastik besar tadi. "Ludo, ular tangga, catur, layangan, kelereng, monopoli, dakon buat main congkak."

WAIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang