Happy reading!❤️
Sorry kalo ada typo, author masih noob.***
"Segalanya indah jika tentang Thesa. Namun tidak untuk yang satu itu; perpisahan."
***
Shania menyerukan sebuah panggilan pada Nala yang sedang memainkan ponsel. "Hm," sahutnya.
"Temenin, yuk."
"Ke mana?" tanya Nala heran. Jarang-jarang Shania minta ditemani seperti ini. Tingkahnya sejak tadi juga mencurigakan.
"Anu, itu loh." Shania memainkan tali paper bagnya. Bagaimana cara memberitahu Nala ya?Q
"Anu apa, sih, Shan? Lo mau pipis? Ayo."
Nala menarik Shania. Dengan sigap Shania menahan tangan Nala. "Temenin ke kelasnya Kak Redaf."
Nala berhenti, memutar badan, menatap tak percaya pada teman nolep-nya itu. Punggung tangan Nala mendarat di dahi Shania, berpikir sejenak. "Enggak panas, kok. Ada keluhan lain? Muntah? Mual? Atau pusing?"
Shania menggeleng. "Gue enggak sakit. Ayo Nal, keburu selesai istirahatnya."
Nala mengernyit. "Lo mau ngapain?"
"Ish, lo bawel banget, sih, kalo gue tau kelasnya udah gue kasih sendiri, enggak perlu minta temenin ke lo." Shania merengut.
Nala mencibir santai, "Emang lo berani? Kak Redaf kakak kelas, lho. Lo tau, 'kan, lorong kelas sebelas kayak apa ramenya pas istirahat?"
Shania menggigit bibir bawahnya. Benar juga, mana ia berani. "Hehe, Nala, temenin dong."
"Iya, iya. Biskuit, ya?" tawar Nala.
"Hm."
Keduanya berjalan menaiki tangga, kemudian melewati lorong yang penuh kakak kelas. Shania berjalan pelan di samping Nala yang beberapa kali menyapa kenalan kakak kelasnya.
Sibuk menunduk sembari meremas tali paper bag, ia sampai tak memperhatikan langkahnya dengan baik. Tiba-tiba tubuhnya menabrak seseorang hingga ia terpental beberapa langkah.
"WOY, JALAN LIAT-LIAT DONG!"
Shania mendongak, matanya melebar ketika mendapati kakak kelas yang terkenal dengan tingkah laku kurang baik.
Ah, Shania ingat, lelaki yang sedang mendekat ke arahnya dengan tatapan marah itu bernama Reza. Shania tahu karena Nala pernah menceritakan hal itu padanya.
"Heh, Cupu, tanggung jawab lo, baju gue basah kena air. Orang lagi minum ditabrak, nyari masalah?"
"Ma-maaf, Kak, aku enggak sengaja."
Shania kian menundukkan kepala. Lagi-lagi ia jadi pusat perhatian. Nala menatap ke arah Shania melas. Ia tidak berani menyela Reza di saat sedang marah seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
WAIVE
أدب المراهقينOn going. *** Shania Tsabita adalah gadis imut berlesung pipi yang sering dibilang nolep oleh sahabatnya. Hobi membaca novel dan membuat kudapan manis. Karena sering larut dalam kisah fiksi yang kerap dia baca, Shania berharap kehidupannya akan ber...