Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.***
Somewhere in nowhere.
***
Jemari Shania memegang kertas putih bercorak garis itu. Semalam, Thesa meminta tolong kepadanya untuk dibuatkan surat lagi.
Shania memberanikan diri untuk memanggil Reza yang sedang duduk sendirian di depan laboratorium. "Kak," panggilnya.
Yang dipanggil mendongak, matanya menyipit. "Apa lo?"
"Sebagai bayaran dari surat kali ini, gue mau tanya satu hal," papar Shania.
Reza mendengus. "Dari Thesa lagi? Buang aja, enggak guna!"
Shania terkesiap dengan bentakan Reza. "Gue dikasih amanah, mau enggak mau harus disampaikan," cicit Shania.
Merasa tak punya pilihan menolak, Reza berdecak. "Ck, resek lo! Apa bayarannya?"
"Kasih tau gue nama lengkap Kakak," balas Shania tegas.
"Buat apa? Lo mau guna-guna gue? Sorry aja, Shan, gue masih pengin—"
Shania mendengus kesal. "Enggak gitu konsepnya! Udah, buruan, Kak, gue ditunggu Nala."
"Siniin kertasnya," kelakar Reza, "Reza Giovan."
"Pake 'V' atau 'F'?" tanya Shania.
Reza hanya mengacungkan jari tengah dan telunjuknya. Shania mengangguk. "Oke."
"Pergi lo, Bocil! Kalo disuruh Thesa lagi jangan mau!"
***
Yash. Akhirnya ia tahu, meski telah lama berspekulasi. VALACY memang bukan hanya sekadar kata dalam bahasa asing. Kata itu merupakan gabungan dari nama belakang kakak-kakak kelasnya.
VA untuk Reza GioVAn, LA untuk Redaffa LAzuardi, dan CY dari Thesara QuinCY.
Meski sudah menemukan satu benang merah, nyatanya masih banyak hal yang rumpang. Shania telah menggabungkan ketiga nama tersebut dalam satu segitiga.
Ia teringat kata-kata yang ada di surat yang ditulisnya untuk Reza.
Salam,
Dari 3/3 VALACY,
Thesara.Kata "3/3" itu bisa dibaca tiga dari tiga. Urutan nama dalam VALACY. Berarti, Reza merupakan 1/3, dan Redaf 2/3.
Mereka sedekat itu? Lantas, kenapa hubungan mereka merenggang sekarang? Kenapa Reza dan Redaf saling melemparkan tatapan tajam?
Shania tak mengerti. Ia hanya orang asing yang kebetulan terjebak dalam lingkaran persahabatan mereka—jika masih bisa disebut sahabat.
Tangan Shania berhenti menyeret kertas dengan tinta, sebuah kalimat terlintas di kepalanya. Kenapa ... ia sampai mau mencari tahu semuanya?
Apa hubungannya dengan Shania? Toh, bukan urusannya juga, 'kan? Shania melempar pulpen, beranjak dari meja belajar, duduk lemas di kasur.
Shania meraih novel yang ada di nakas, mulai membaca setiap huruf yang ada di sana.
Baru tiga menit, Shania menutup novel itu. Ia berdiri, berjalan menuju lemari kecil di dekat cermin, mengambil sebungkus masker Emina dengan varian Sunflower Seed Oil. Setelah membuang bungkusnya, Shania memosisikan masker itu agar pas di wajah.
Kemudian, kembali merebahkan diri di kasur tercinta. Ia melirik novel yang baru dibaca satu halaman tadi, menimbang apa ia akan melanjutkan atau bermain ponsel.
Pilihannya jatuh pada ponsel. Dengan lihai jarinya menekan, menggulir, dan mengusap layar.
Lagi-lagi ia membuka akun Instagram milik Thesa yang ramai postingan itu. Shania memiliki ide, mungkin ia akan memosting sesuatu malam ini.
Dibukanya dengan cepat galeri yang rata-rata adalah foto buku dan pemandangan. Tiga menit memilah, ia memilih sebuah gambar danau yang tempo hari ia dan Redaf kunjungi.
Tanpa mengedit sedikit pun, Shania membubuhkan caption: Somewhere in nowhere.
Yap, selesai mengunggah. Tentu saja tidak ada banjir notifikasi like, apalagi komentar. Followers Shania tidak sebanyak itu.
Semenit berlalu, dua notifikasi Instagram membuat Shania melihat postingannya.
the.quin mengomentari: Danau di kompleks Perumahan Kristal?
the.quin menyukai foto Anda.
Dimulailah drama sosial media di postingan terbaru milik Shania. Meski like hanya tiga buah, komentar sudah tembus sampai dua puluh.
Tiba-tiba, akun milik Nala ikut berkomentar.
nalnalnala mengomentari: Waktu jalan sama Kak Redaf, ya?
nalnalnala menyukai foto Anda.
Tak cukup sampai di situ, Wegan dan Redaf semakin meramaikan kolom komentar. Shania pusing. Segera ia matikan komentar, membuat komentar itu lenyap seakan tak pernah ada.
Oh, ayolah, siapa yang mau dipojokkan di akun sendiri? Lagi pula, kenapa Thesa saling berbalas komentar dengan Redaf di postingannya? Seperti tidak ada tempat lain saja.
Entah karena apa, sesuatu yang tak lazim terjadi. Postingan tadi mendapat like sampai tembus angka seratus. Followers Shania pun bertambah 50% dari jumlah awal.
Shania menganga. Apa dia telah membeli followers aktif? Shania rasa tidak. Lalu, kenapa tiba-tiba seperti ini?
Ah, the power of netizen.
***
AN:
Alohalo! Apa kabar? Maaf baru sempet update, lagi dikejar deadline :)
Masih inget sama cerita ini, 'kan? Hehe, gimana part 22? Mangstap?😃
Jangan lupa vote, comment, share!❤️
Oh iya, baca juga cerita collab aku di akun TrabasAjalahProject, yang suka fantasi, zodiak, elemen, adventure, bucin, wajib banget baca!
TTD,
Pecinta husbando 2D
maylinss_
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIVE
Teen FictionOn going. *** Shania Tsabita adalah gadis imut berlesung pipi yang sering dibilang nolep oleh sahabatnya. Hobi membaca novel dan membuat kudapan manis. Karena sering larut dalam kisah fiksi yang kerap dia baca, Shania berharap kehidupannya akan ber...