Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.***
"Dia yang kemarin di rumah Thesa, 'kan?"
"Si badut itu?"
"Ssstt, jangan keras-keras!"
Sial, sial, sial. Bagaimana ini? Shania tidak dapat menyembunyikan wajahnya sekarang. Kakak kelas yang tempo hari hadir di pesta Thesa menyebar pada sepenjuru kantin. Matilah sudah riwayatnya.
Begini rasanya jadi trending topic karena hal yang memalukan? Betul kata orang-orang memang, ingin ganti kulit saja. Shania menunduk, hendak berbalik menuju kelasnya.
Niat hati mencari Nala, justru dapat mala. Nasib, nasib. Mungkin mulai saat ini, Shania akan di kelas saja. Makin nolep. Tidak apa-apa asal dirinya tidak menjadi bahan pembicaraan.
Baru saja balik badan, sebuah panggilan sudah menginterupsi gerakannya. "Shania, sini!"
Entah dia harus bersyukur atau menggerutu karena Nala memanggilnya dari sudut kantin. Yang jelas, mau tak mau, dia mendekat. Kepalang tanggung telah berada di sana juga.
Berjalan melewati meja-meja dengan pelan. Kacamatanya berulang kali hampir jatuh karena menunduk. Semenit terasa bak sepuluh jam. Akhirnya, dia sampai di meja Nala dan duduk bersebelahan.
"Lo abis ngapain?" tanya Nala.
Shania mendongak, alisnya tertaut. "Maksudnya?"
Tatapan mata Nala tertuju pada beberapa kakak kelas yang menatapnya. "Itu, pada liatin lo."
Wegan yang memang sejak tadi duduk di hadapan Nala turut berkata, "Gara-gara acara di rumah Thesa, Shan?"
Tepat sasaran. Shania melipat bibir sebelum bertanya, "Kok Kak Wegan tau?"
"Oi, oi, ada apa? Kenapa gue kayak orang bego? Shan, lo diapain pas di rumah Kak Thesa?" tanya Nala cepat.
Kapala Shania hanya menggeleng pelan. "Gue bakal cerita, tapi enggak di sini. Nanti aja."
Nala setuju. Dia lanjutkan acara makannya. "Lo enggak makan, Shan? Atau mau gue pesanin?"
"Enggak, Nal. Gue bawa biskuit."
Seakan paham, Nala bangkit. "Ayam geprek, ya." Dia pergi ke kedai yang menjual ayam geprek. Shania memilin jemari karena ponselnya dia tinggal di kelas.
Pelan, Wegan bertanya, "Gue emang enggak dateng tadi malem, tapi gue tau apa yang terjadi. Lo ... enggak apa-apa, 'kan?"
Shania menoleh, menatap gebetan sahabatnya dengan ramah. "Tenang, Kak, gue baik-baik aja."
Tanpa sadar Wegan meringis. "Serius, gue enggak tega mereka ngatain lo di grup kelas sepuluh. Mau baca? Bukan gimana, ya, gue cuma enggak mau temen-temen gue masuk kategori gibah. Walaupun emang udah gitu, sih."
Menimbang sesaat, kemudian menggeleng. "Makasih niat baiknya, tapi enggak perlu. Gue udah sadar diri, kok."
"Maafin temen-temen gue, Shan. Terutama si tolol Redaf," kata Wegan.
Tak ingin bersuara lebih banyak, Shania hanya tersenyum tipis. Tak lama, Nala datang membawa sepiring ayam geprek dan es teh. Kesukaan Shania. Geprek tanpa cabai, tetapi kaya akan parutan keju.
"Makasih banyak, Nal."
Ketiganya makan dalam diam. Jujur, ketidakhadiran Redaf membuat tanda tanya. Bukankah Wegan dan Redaf sepaket? Tumben sekali lelaki itu tidak kelihatan ujung rambutnya.
Shania akui ada beberapa hal yang berubah. Sekarang dia sudah sering ke kantin, jarang bersarang di perpustakaan, baca novel pun sesekali. Entahlah. Belakangan ini dia terjebak di panggung teater.
Dia jadi teringat kata-kata kakak kelas tadi. Badut. Apa benar Shania adalah seorang badut? Jangan-jangan ketika dia pergi kemarin, mereka menertawakannya?
Mendapat tatapan memojokkan seperti ini saja Shania sudah tidak nyaman. Tak dapat dibayangkan bagaimana kalau fantasinya benar-benar terjadi. Namun, tidak mungkin. Sekarang bukan zamannya perisakan fisik. Karena mental lebih penting.
Gadis dengan surai digerai itu mengenyahkan pikiran buruk dari kepala. Dia menoleh ke Nala yang tengah lahap memakan nasi gorengnya. "Nal, mau ke mal nanti?"
Jelas saja Nala melotot. Untung saja makanan di mulutnya tidak menyembur. Demi apa Shania si nolep mengajaknya keluar? "Lo sehat?" tanya Nala cepat.
Bukannya menjawab, Shania justru mencebik. Wegan yang geli melihat interaksi adik kelasnya menengahi pelan. "Dia serius lo malah tanya gituan, Nal."
Nala mengerjap ketika ditegur. "Eh, gue cuma tanya. Soalnya aneh banget, seorang Shania si muka kucing ngajakin ke mal. Mau ngapain emang?"
"Beli bahan buat biskuit," jawab Shania.
Nala manggut-manggut. "Biasanya juga delivery, tapi oke, nanti gue temenin. Pulang sekolah abis ganti baju gue ke rumah lo naik motor."
"Temenin nonton juga mau?"
Pertanyaan Shania sungguh membuat Nala melongo kali ini. Di luar dugaan. "Lo bener-bener sakit!"
***
Entah apa yang mendorong Shania melakukan hal ini. Yang jelas, dirinya langsung mandi sepulang sekolah dan berganti pakaian. Memilih kaus lengan panjang berwarna kuning dengan motif matahari jingga dan baju basterop selutut warna cokelat muda sebagai luaran.
Sepatu pantofel cokelat, penjepit rambut warna kuning langsat, tas selempang jingga, serta kacamata keemasan siap menemaninya. Shania memang merasa aneh, dia lihat sekali lagi pantulan diri dalam cermin. Seperti bukan Shania Tsabita.
"Gue ngapain kayak gini?" Bermonolog seperti sedang latihan drama di panggung. Shania bertanya-tanya pada diri sendiri. "Enggak mungkin karena Kak Thesa, 'kan?"
Jujur, gadis berkepang satu---mirip salah satu film Disney yang punya kekuatan es---tidak tahu mengapa bisa dirinya mengaitkan penampilan hari ini dengan Thesa. Shania menarik napas, siap turun ke lantai dasar.
Tiba-tiba pintu kamarnya dibuka, Nala masuk dengan pakaian kasual. "WHAT THE HECK, SHAN, LO MAU FASHION SHOW ATAU JALAN-JALAN?!"
Shania mendorong tubuh sahabatnya keluar kamar. "Alay, berisik."
"Anj--"
"Ayo."
Nala tersenyum. Meski aneh dengan perubahan sikap Shania, dia akan dukung selama itu adalah hal baik. Dia juga akan menagih cerita tentang Thesa di jalan nanti.
***
AN:
Alohalo! Apa kabar?
Huhu, maaf baru sempet update. Beberap bulan ini sibuk--dibaca males nulis. Intinya makasih yang udah nungguin WAIVE, kalo ada :>
Ada saran tentang WAIVE? Aku agak hilang feel soalnya :(
Oh, iya. Selama ini aku mogok up WAIVE karena setiap hari update cerita baru judulnya POSTERIOR. Dua hari lagi tamat. Jadi, jangan lupa mampir!
Segitu aja kali ya. See you next time yang enggak tau kapan.
TTD,
Pecinta husbando 2D,
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIVE
Teen FictionOn going. *** Shania Tsabita adalah gadis imut berlesung pipi yang sering dibilang nolep oleh sahabatnya. Hobi membaca novel dan membuat kudapan manis. Karena sering larut dalam kisah fiksi yang kerap dia baca, Shania berharap kehidupannya akan ber...