Tiga Puluh Tujuh

52 14 8
                                    

Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.

***

"Anak Kucing, lo jelek kalo cemberut, suer."

Shania makin melengkungkan bibirnya ke bawah. Mendengar penuturan Reza saja membuat mood-nya kian buruk. Sengaja dia di kelas ketika istirahat agar tidak ada yang mengganggu, tetapi lelaki tersebut justru duduk santai di mejanya.

Reza memutar bola mata ketika dilihatnya Shania hanya diam. "Redaf lagi?"

"Bukan urusan Kakak," sahut Shania pelan. Dia menelungkupkan kepala menghadap meja.

Tik, tik, tik. Reza sibuk bermain pulpen Shania. Kepala unicorn bergoyang ketika batang bolpoin digerakkan. "Secara enggak langsung jadi urusan gue karena--" Reza menghentikan ucapannya saat itu juga. Meralat beberapa. "Pokoknya ada."

Shania mengangkat wajah. "Kalo enggak mau pergi, Kakak bisa diem? Kak Reza ngingetin aku sama dia."

Rahang Reza seketika terkatup. Mungkin bukan saat yang tepat menemui Shania. Namun, bagaimana lagi? Tadi dia lihat Redaf tampak melamun, jelas saja ada yang tidak beres.

Tangan Reza terulur, menepuk sekali kepala Shania pelan. "Take your time. Nomor lo belum gue blokir, masih bisa chat kalo ada apa-apa."

Lelaki dengan kemeja dikeluarkan itu turun dari meja. Berjalan menuju pintu. Seketika pula, ponselnya bergetar. Dia cek di bar notifikasi.

Anak Kucing:
Nanti bisa ajak jalan-jalan?

Tubuh Reza berbalik, menemukan wajah polos Shania. "Mana bisa minta gue ajak lo? Aturan lo yang ajak gue, Bego."

Anak rambut Shania bergerak ketika menggeleng. "Gue enggak mau ditolak gara-gara ngajak duluan."

Reza tertawa kecil. "Sial. Dasar macan berbulu anak kucing," katanya, "jadi, mau jalan-jalan pulang sekolah?"

Kepala Shania mengangguk-angguk. "Gue mau tagih jawaban yang seharusnya didapet sejak dulu."

Tanpa bertanya pun, Reza sudah mengerti apa maksud Shania. Dia kembali melanjutkan langkah sebelum bel masuk berbunyi. Shania merasa dirinya lebih baik.

***

"Jangan-jangan lo bener pacaran sama Kak Reza?" tanya Nala penuh selidik.

Shania mengggeleng. "No no no. Jalan-jalan bukan berarti jadian, 'kan? Kemarin kita pergi, tapi enggak dikira--"

"BEDA URUSAN, TOL--"

"Lo juga mau nemenin Kak Wegan kerja di kafe, 'kan? Nah, kita janjian aja. Pulang jam berapa?"

Nala mulai berpikir cepat. "Maksimal delapan. Yang pulang paling lama wajib bikinin teh buat nonton film!"

Jempol Shania teracung. "Udah bilang mama juga, boleh katanya. Oke, gue duluan, Nal. Kak Reza kayaknya udah di parki--"

"ANAK KUCING!" Shania memejamkan mata mendengar seruan Reza dari lorong. "Cepet!"

WAIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang