Dua

446 53 31
                                    

Happy reading!❤
Sori kalo ada typo, author masih noob.

***

Laki-laki itu memegang tangan si Perempuan. Senyumnya mengembang sempurna. Ditatapnya wajah gadis yang bersinar di bawah sinar purnama. "Be mine, please?" bisiknya pelan.

Tanpa berpikir dua kali, sang gadis mengangguk. Tawa mereka membuncah. Satu kata yang dapat mendefinisikan perasaan mereka adalah ... bahagia.

***

Shania mengusap pelupuk matanya yang berair. Ia selalu terbawa perasaan saat membaca adegan novel yang baru saja ia baca. Shaniaselalu berhenti membaca novel itu di halaman 290.

Padahal jumlah halamannya ada 420, namun Shania belum ingin membaca ending novel yang berjudul LOST ini. Sudah 26 kali Shania membacanya, tetapi, ia selalu menyukainya, tidak pernah bosan.

Shania masih ingin menebak bagaimana ending novel itu. Apakah happy ending? Atau sad ending?

"Gue bakal ngalamin hal kayak gini enggak, ya?" gumam Shania.

"Enggak ada salahnya kamu berharap seperti itu, Shania."

Shania menoleh. Tersenyum saat melihat mamanya mendekati dirinya. "Boleh, Ma?" 

"Mama selalu dukung apapun yang kamu mau, asal itu hal yang baik," jawab Reva—mama Shania.

"Kak Niko belum pulang?" tanya Shania lagi.

"Belum. Ada tugas katanya. Biasalah, MABA, 'kan sibuk beradaptasi." Reva terkekeh.

Shania bersyukur memiliki mama seperti Reva. Baik, cantik, perhatian, lembut, dan cocok jadi tempat curhat.

Reva memang termasuk orang tua idaman. Karena selain mengerti keinginan anaknya, Reva selalu mendukung keputusan Shania dan Niko, asal hal itu bersifat positif.

Umur Reva yang masih terbilang muda juga membuat Shania leluasa bercerita apa saja pada Reva. Shania kadang menganggap Reva seperti Nala, sahabatnya.

Dulu Reva dan Dino memang menikah muda, jadi tak heran jika umur Reva masih 38.

Shania tertawa membayangkan wajah Niko yang sedang menggerutu.

"Udah malem, kamu tidur aja, Shan," ujar Reva.

Shania mengangguk. "Mama juga, selamat malam."

"Soal apakah kamu akan mengalaminya ...." Suara Reva menggantung.

"Kenapa, Ma?"

"Kamu pasti bakal mengalami hal itu. Tapi, ingat, hidup itu enggak selalu bahagia, Shania. Ada kalanya kita menangis setelah tertawa, dan terpuruk setelah bahagia."

Reva mencium kening Shania penuh sayang. "Selamat malam."

Setelah mematikan lampu kamar Shania, Reva keluar. Shania kepikiran kata-kata mamanya tadi.

Menangis setelah tertawa? Terpuruk setelah bahagia? Apa maksudnya?

Shania terlalu sibuk memikirkan hal itu, sampai tak sadar bahwa ia sudah berada di alam mimpi.

WAIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang