Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.***
"Kalian udah kayak Thesa sama Redaf waktu masih pacaran deh."
***
Shania keluar dari mobil Redaf. Matanya menatap kagum ke arah rumah sederhana tetapi elegan berwarna krem itu.
Di depan rumah, ada halaman luas yang terpisah menjadi dua bagian, satu beralas rumput, sebagian lainnya berlapis semen. Di bagian yang berwarna hijau itu terdapat taman kecil yang ramai oleh warna-warni tanaman hias.
Rumah Redaf terlihat terawat dan menyenangkan untuk ditinggali.
"Udah puas liatinnya?"
Shania menoleh, ternyata Redaf sudah menunggunya di depan pintu berwarna cokelat tua. Dengan pelan, Shania menghampiri Redaf, lalu keduanya masuk setelah mengucap salam bersamaan.
"Bunda! Redaf pulang!" seru Redaf.
Seorang wanita berumur empat puluh tahunan keluar dari arah dapur. Senyumnya merekah ketika melihat putra sulungnya pulang.
"Tumben pulang cepat, Daf?" tanya Risma—ibunda Redaf.
"Iya, enggak ada jadwal lain soalnya."
Risma menatap Shania yang sejak tadi meremas kedua tangannya. Shania tampak malu-malu dan sedang berlindung di balik tubuh Redaf.
"Loh, Thesa?!" pekik Risma.
Shania dan Redaf tersentak. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya ketika Risma berujar demikian. Thesa? Yang benar saja.
Redaf menggaruk tengkuk, kemudian menggeser tubuhnya agar Shania terlihat. "Bukan Thesa. Kenalin Bun, ini Shania. Shania, ini Bunda gue."
Shania gelagapan, ia mencium tangan Risma, sembari berkata, "Anu ... saya Shania, Tante."
Risma tersenyum. "Maaf ya, Shania. Tante kira kamu Thesa, soalnya mirip banget. Shania pemalu ya?"
Shania mengangguk sekali. Redaf yang merasa Shania kaku mengambil alih suasana. "Bun, dia adik kelas Redaf, pinter masak juga."
"Wah, adik kelas ya, pantes aja masih imut gini," komentar Risma.
Shania tersenyum kikuk. Baru pertama kali ia bertamu ke rumah laki-laki tanpa keluarganya. Ia bingung hendak berbuat apa.
"Redaf ke kamar dulu ya, Bun, mau ganti baju."
"Iya, nanti ke ruang makan ya, Bunda udah masak," ujar Risma.
Redaf hanya mengacungkan jempol, lalu berjalan ke kamarnya. Shania masih diam berdiri. Apa yang harus ia lakukan?
"Shania, kamu juga ganti baju, ya? Nanti seragamnya kotor, lho."
"Shania nggak bawa baju ganti, Tante."
"Ah, iya. Nih, kamu ke kamarnya Regina, ada di sebelah kamar Redaf itu. Di sana kayaknya masih ada bajunya Thesa, deh."
Shania mengangkat wajahnya, menatap Risma. "Baju ... Thesa? Em, maksudnya Kak Thesara?"
Risma mengangguk antusias. "Wah, kamu kenal dia juga? Dia emang sering nginep dan main di sini sih, jadi beberapa bajunya ada yang ketinggalan di lemari Regina."
Tanpa menunggu jawaban Shania, Risma memanggil putri bungsunya, "Egin, ke sini!"
Terdengar suara khas anak kecil menyahut, "Iya, Bunda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIVE
Teen FictionOn going. *** Shania Tsabita adalah gadis imut berlesung pipi yang sering dibilang nolep oleh sahabatnya. Hobi membaca novel dan membuat kudapan manis. Karena sering larut dalam kisah fiksi yang kerap dia baca, Shania berharap kehidupannya akan ber...