Dua Belas

140 25 10
                                    

Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.

***

"Lo pasti punya banyak pertanyaan dan kekecewaan. Gue paham."

***

Redaf merebahkan tubuhnya di kasur berseprai warna merah. Jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam, Redaf berniat menghidupkan ponselnya.

Setelah menunggu beberapa saat, Redaf menyambungkan ponselnya ke jaringan Wi-Fi di rumahnya.

Seketika, denting notifikasi terdengar saling menyahut, tumpang-tindih tak keruan.

Lima menit menunggu semua pesan masuk, akhirnya ponsel Redaf berhenti berbunyi. Redaf mengecek aplikasi pengirim pesannya. Kebanyakan spam grup dan selebihnya tidak penting.

Tatkala Redaf hendak membalas chat dari Wegan, sebuah pesan masuk.

Thesara:
Red.

Redaf terpaku. Ia pikir, dengan seharian bersenang-senang dengan Shania bisa mengurangi sedikit rasa kehilangannya pada Thesa. Ternyata ia salah. Thesa sudah ada sejak lama dan menempati singgasana yang ada di hatinya.

Hanya dengan satu kata dan tiga huruf saja, mampu membangkitkan ribuan kenangan mereka. Entahlah, terlalu banyak hal manis yang telah mereka lewatkan bersama. Redaf hanya tidak mampu melepaskan Thesa begitu saja.

Thesara:
Gue ganggu?

Redaf:
Enggak.

Thesara:
Boleh gue video call?

Belum tuntas rasa heran di hati Redaf, Thesa sudah melakukan panggilan video. Redaf bimbang. Sudah lama sekali ia tidak menatap langsung wajah Thesa.

Padahal, dulu hampir setiap malam mereka bertemu dan video call, namun sekarang yang tersisa hanya canggung. Redaf tak tahu harus bagaimana. Hatinya bergetar, berikut jemarinya. Setelah menetralkan perasaannya, Redaf mengangkat panggilan itu.


Terpampanglah wajah gadis yang tampak anggun dihiasi make up natural. Rambut panjang itu masih sama, senyum masih manis, suaranya masih bersahabat di telinga.

Thesa ... semakin mirip dengan Shania.

"Ehm, halo, Red."

Pertahanan Redaf goyah. Suara Thesa selalu bisa meluluhkannya. Lemah sekali. Redaf masih diam, baru ketika Thesa melambaikan tangan di depan layar, Redaf mulai membuka suara. "Hai."


Thesa tersenyum. Menampilkan lesung pipinya. Dada Redaf berdebar. Ia bingung membedakan yang sedang melakukan panggilan video dengannya ini Thesa atau Shania.

"Lo lagi ngapain?"

"Rebahan," jawab Redaf singkat.

"Berhubung lo enggak nanya balik, gue kasih tau aja ya. Gue lagi makan siang. Di Indonesia pasti udah malem, 'kan?"

WAIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang