Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.***
Usai mengurus izin dengan keluarga Shania, Nala mengendarai motor dengan santai. Senyum senantiasa terlukis di wajahnya. Setelah dari dulu mengajak akhirnya dia bisa hang out dengan Shania.
Masuk ke kawasan mal, memarkirkan motor matic milik ibu Nala. Dapat Shania lihat deretan motor serta mobil di basement parkir. Dia jadi terciprat aura antusias dari Nala.
Gadis itu mencengkeram tali selempang kencang. Dia mengulum senyum. Terlihat norak, ya? Padahal dia sendiri sering ke toko buku yang berada di mal, tetapi rasanya berbeda.
Nala menarik Shania antusias. Dia akan menjadi tour guide bagi sahabat nolep-nya. "Nonton dulu, ya?"
"Terserah."
Sumpah, demi apa pun Shania tidak pernah menonton di bioskop. Selama ini dia melihat film di televisi rumahnya. Juga lebih terbiasa menghabiskan waktu bersama keluarga.
Jadi, Shania menatap kagum pada ruang tunggu bioskop yang terdapat banyak bangku. Dinding-dindingnya dihiasi beberapa poster film yang akan tayang hari itu. Bau popcorn menguar, nyaman di indra penciuman.
Tadi Nala minta Shania untuk duduk anteng di salah satu kursi, sedangkan gadis itu pergi memesan tiket dan beberapa camilan. Shania menatap sekitar, keadaan tidak seramai yang dibayangkan. Mungkin karena bukan waktu weekend.
Matanya terus berkeliaran sampai Nala datang bersama banyak makanan di tangannya. Gadis dengan sweter oversize merah itu duduk di samping Shania. Menyerahkan satu gelas soda ukuran large, satu porsi kentang goreng, dan sewadah besar popcorn rasa karamel.
"Nanti kita masuk Studio 1 dan seperti biasa, Shan, gue enggak suka diganggu kalo udah nonton film. Lo tau, 'kan?"
Ucapan Nala ditanggapi anggukan. "Nonton film apa?"
"Genre action pokoknya. Kalo enggak suka makan jajan aja, jangan berisik," sahut Nala.
Memilih mengangguk dan mendekap popcorn dengan anteng, Shania mengedarkan pandangan. Dia melihat beberapa teman angkatan dan kakak kelas yang juga hendak menonton. Namun, itu tidak ada hubungannya dengan Shania.
Tak menunggu lama, pintu salah satu studio dibuka. Nala langsung bangkit dan menyeret Shania masuk. Gadis berkacamata itu melihat sekeliling. Ruangan itu remang dan tidak seramai studio sebelah yang kata Nala menampilkan film bergenre romansa. Dua perempuan itu duduk di salah satu baris yang tidak terlalu depan maupun belakang.
Shania menatap berbinar layar lebar di hadapannya. Beberapa iklan film akan tayang tertampil. Suara yang keluar dari speaker di sudut-sudut ruangan begitu keras, tetapi tidak berisik. "Nal, kakinya boleh naik ke kursi?"
Yang dibisiki mengangkat bahu. "Nanti aja kalo udah dimatiin lampunya. Sebenernya enggak boleh, tapi oke aja kali asal enggak ketauan."
Kebiasaan kecil Shania adalah memeluk lutut ketika menonton film. Nala pun tahu hal itu. Dua menit menunggu, semua lampu dimatikan, membuat Shania memekik kecil, terkejut.
Layar mulai diisi dengan rangkaian film yang terputar. Shania sudah sibuk dengan popcorn sementara Nala serius menonton. Bukannya fokus pada acara adu tembak di layar, Shania justru melihat ke sana-sini. Di samping kanannya kosong, mungkin memang tidak ada yang memesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WAIVE
Teen FictionOn going. *** Shania Tsabita adalah gadis imut berlesung pipi yang sering dibilang nolep oleh sahabatnya. Hobi membaca novel dan membuat kudapan manis. Karena sering larut dalam kisah fiksi yang kerap dia baca, Shania berharap kehidupannya akan ber...