Dua Puluh Enam

94 24 51
                                    

Happy reading!❤️
Sori kalo ada typo, author masih noob.

***

"Sori, Shan."

***

"Thanks banget buat yang udah nyempetin dateng. Ini idenya Redaf, sih, alay banget sumpah, mudik doang udah kayak pulang haji," celetuk Thesa yang membuat suasana hangat karena tawa.

Redaf yang namanya disebut segera menyuarakan penjelasan. "Yang lain setuju, kok, mereka juga kangen kali sama lo."

Tara-lelaki yang membukakan pintu untuk Shania-angkat bicara. "Halah, kita atau lo yang kangen, nih?"

Shania melihat rona merah muda samar-samar di pipi Thesa. "Jangan gitu, dong!"

"Sa, lo udah punya pacar baru, ya?"

Thesa diam sejenak, seperti berpikir jawaban apa yang harus ia layangkan. "Eh, siapa yang mau nyanyi, nih? Boring banget kumpul gini dan enggak ada yang nyanyi," celotehnya.

Redaf terkekeh. "Thesa kayak enggak tau aja, mantan anak 10 IPA 1 suaranya jelek semua!"

Tawa kembali meledak, beberapa menyetujui opini Redaf. Sejauh ini, Shania hanya diam menunduk seperti tamu tak diundang. Benar-benar tidak ada yang mengajaknya bicara. Shania sungguh menyesal telah datang. Ia bangkit, hendak pamit pada Thesa yang sedang berdiri.

"Oh, Shania mau nyanyi?" tanya Thesa senang.

Shania menggeleng. Namun, sejurus kemudian kembali menunduk, tidak nyaman ditatap enam puluh bola mata sekaligus. "E-enggak," cicitnya.

"Jangan, Sa, dia cuma tamu undangan, masa suruh nyanyi?" sahut Redaf cepat.

Thesa menoleh, tersenyum manis. "Enggak papa, dong, Red."

Red? Pertanyaan itu hanya terbesit di pikiran Shania tanpa berani gadis itu utarakan. Mungkin "Red" adalah panggilan akrab dari Thesa.

"Sini, Shan!" panggil si tuan rumah. Mau tak mau, Shania menghampiri Thesa masih dengan kepala menunduk. Ia membetulkan letak kacamatanya, kemudian memilin tali tas selempang yang dikenakan.

Meski Shania memakai dress cantik, rasa insecure tidak bisa menghilang dari hati ketika isandingkan dengan Thesa yang cantik walaupun hanya memakai kaus pendek dan celana tiga per empat. Ditambah, riasan di wajah yang ala kadarnya karena mengikuti tutorial YouTube. Shania ... benar-benar minder.

"Nah, lo mau nyanyi lagu apa?"

Pertanyaan Thesa membuat Shania geram. Ia tidak mau menyanyi! Namun, apa daya, dirinya hanya seorang tamu salah kostum di sini. Shania membasahi bibir keringnya, sedangkan tangan kiri gadis itu sudah memilin gaun terlalu kuat, meninggalkan bekas kusut.

Lebih baik jatuh di tempat umum daripada dibaduti seperti ini oleh tiga puluh kakak kelasnya. Jikalau dia menangis, apa masalah akan selesai begitu saja?

Tidak. Shania akan mengikuti alur permainan Thesa malam ini. Setelah memilih lagu apa yang akan dinyanyikannya, Shania membuka suara. Lagu Anganku-Anganmu milik Raisa dan Isyana terdengar.

Tiada berbeda apa yang kurasakan
Tajam menusuk tak beralasan
Kita sudah dingin hati

Beberapa orang tampak menahan tawa karena suara yang Shania keluarkan jujur saja tidak terlalu merdu. Mati-matian Shania menahan diri agar tidak menangis. Malu sekali.

Melihat adik kelasnya berhenti, Thesa berinisiatif melanjutkan nyanyian tersebut.

Dulu kita pernah saling memahami
Sekian merasa telah menyakiti
Kita telah lupa rasa

Shania mendongak, menatap Thesa yang tersenyum dengan dada bergejolak. Pikiran buruk kembali menyerang. Thesa sengaja ingin mempermalukannya dengan membantu bernyanyi?

"Ayo, lanjutin, sampe refrein, deh," celetuk gadis berambut lurus panjang itu.

Setiap katamu cerminan hatimu
Jadikan berarti
Jangan sia-siakan waktumu tuk membenci ....

Netra hitam Shania menangkap siluet Redaf yang balik menatap. Laki-laki itu terlihat kalut, paham dengan keadaan yang tengah terjadi. Mendengar tawa kecil dari temannya tentang suara Shania membuat pikiran Redaf bercabang.

"ANJAY, SUARA THESA BENING, CUY!"

"Tarik, Sis!"

Berusaha tegar, Shania kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mau tahu reaksi tiga puluh kakak kelas yang tertawa.

Satu jadikan tujuan kita
Hilangkan segala perdebatan yang sia-sia
Berlari ke arah yang sama bukan masalah
Semua punya ruang lukis yang kau mau
Karena ceritamu milikmu ....

Diam-diam Shania membatin: Karena ceritaku milikku? Kini giliran dia yang ingin tertawa sekencangnya. Kenapa ceritanya justru dimiliki oleh ....

Tak ingin buang waktu, gadis bergaun itu sekali lagi berkata, "Gue pulang dulu, Kak, baru inget ada janji sama bunda."

Thesa menoleh. "Eh? Lo pasti enggak nyaman, ya?"

Senyum tipis terulas dari bibir tipis Shania. "Beneran ada janji, kok, bukan karena apa-apa."

Jempol Thesa teracung. "Oke, Shan, tapi gue enggak bisa anterin lo, nih."

"Gue anter ke depan."

Badan Thesa seketika berbalik tatkala Redaf mengajukan diri. "Nah, kebetulan. Tolong, Red."

Tanpa menyahut lagi, Redaf berjalan dahulu, diikuti Shania yang menyempatkan diri mengangguk pada Thesa. "Makasih undangannya, Kak, maaf pulang duluan."

"Enggak papa, hati-hati, ya!"

Redaf menutup pintu ketika dia dan Shania sudah berada di teras luas rumah Thesa. "Shan-"

"Thanks, Kak, gue pulang dulu," tandas Shania langsung. Dia berjalan cepat menuju gerbang.

Tangan kiri Shania seketika dicekal Redaf. "Shan, lo-"

Dengan pelan, gadis itu menyingkirkan tangan Redaf sembari menunduk. "Gue ada janji, Kak."

Shania kembali berjalan sewaktu Redaf melepaskan cekalan tangannya. Suara lelaki itu terdengar lagi. "Sori, Shan."

"Enggak ada yang perlu dimaafin."

Shania menghilang dari pandangan Redaf, tetapi tidak dengan rasa bersalahnya. Jelas saja suara Shania sedang menahan tangis. Bahunya juga terlihat bergetar. Kenapa dia ... diam saja melihat semua itu?

Ini salah. Ada yang keliru pasti. Namun, apa? Sesuatu tidak semestinya terjadi justru menimpa mereka. Redaf salah? Atau Shania? Thesa-kah?

Ratusan pertanyaan di kepala Redaf melayang tanpa ada jawaban. Lelaki itu berbalik, hendak masuk ke rumah mewah tersebut.

Tepat saat itu juga, dia melihat seseorang berdiri menyender pada pintu. Thesa menatapnya dengan pandangan tak terartikan. Kemudian, gadis itu masuk lagi. Redaf mengacak rambut. Sial, malam yang buruk. Menyebalkan sekali dirinya.

***

AN:

Alohalo! Apa kabar?

Hhhh, setelah sekian pekan enggak update, akhirnya kembaliii!

Kemarin-kemarin aku sibuk kelarin HELL dulu, jadi baru sempet update. Ragu juga mau up part ini, takut enggak ngefeel :)

Ekhem, gimana Dua Puluh Enam? Siapa yang ingin ditampol lebih dulu?

Yuhuuu, sambil nunggu next part up, kalian bisa baca HELL di akun aku. Ceritanya udah ada embel-embel (Completed), lho, hihi.

TTD,
Pecinta husbando 2D,
maylinss_

WAIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang