Lembar-39

2.5K 283 67
                                    

Minggu pertama di bulan Desember di sambut oleh salju yang membuat udara semakin dingin, Hyunjin merapatkan mantelnya sesaat kakinya menapaki halaman rumah sakit.

Dua Minggu berlalu setelah dirinya keluar dari rumah sakit sebab kondisinya yang semakin membaik pasca operasi. Hyunjin mulai menjalani harinya seperti biasa, kembali ke sekolah sebelum libur musim dingin.

Hyunjin berdiam di salah satu ruangan, menghembuskan napasnya lalu membasahi bibirnya yang begitu dingin. Kontras dengan suasana hatinya yang sedikit menghangat. Hyunjin masih menatap kaca yang ada di pintu, melirik sekilas pada sosok yang dia kenal sebagai ayahnya.

Siwon berada di dalam sana, meski tidak begitu jelas melihatnya namun Hyunjin yakin kalau Ayah nya itu sedang memijat kaki kakak kembarnya. Hyunjin mengangkat tangannya di udara bersiap untuk membuka pintu namun hatinya berkata lain.

Tangannya menggantung di udara, memikirkan kembali ucapan Ibunya yang selalu saja membayangi setiap Hyunjin ingin bertemu dengan Taehyung. Karena nyatanya mereka berdua belum sempat bertemu secara langsung sejak kejadian tersebut.

Bukan Hyunjin tidak mau, hanya saja semuanya begitu berat. Berdiri di hadapan Taehyung tanpa bisa mengakui kalau dirinya itu adalah adik kembarnya bukan lah sesuatu yang mudah.

Semuanya begitu berat mengingat kondisi Taehyung yang belum ada kemajuan yang pesat, buktinya Taehyung masih harus lebih lama mendekam di rumah sakit, anak itu memang sudah bisa duduk, kodisi kesahatnya juga semakin membaik. Namun masih begitu sulit untuk Taehyung berbicara dengan lancar, juga kakinya yang belum bisa bergerak dengan reflek.

Taehyung masih harus menjalani terapi berjalan juga berbicara, melatih syarafnya agar bisa berfungsi kembali. Meski sulit setidaknya Taehyung mau berusaha.

"Kenapa tidak masuk?"

Hyunjin terkejut bukan main menatap ibunya yang tau-tau sudah ada di sisinya, Jantungnya berdetak kencang karena terkejut layaknya maling yang sedang ketangkap basah ketika sedang mencuri.

Namun setelahnya Hyunjin menghela napas sambil mengusap dadanya. "Ibu bikin kaget saja." Hyunjin mengusap dadanya, debaran itu masih ada. Lalu menarik tangan ibunya untuk menjauh dari ruangan Taehyung, mengurungkan niatnya yang semula ingin melihat keadaan adik kembarnya.

"Kenapa tidak jadi masuk?"

Pertanyaan yang sama kembali di lontarkan oleh Nakyung, sambil memperhatikan gerak gerik Hyunjin yang aneh di hadapannya. Anak itu meminum air mineral yang di pesannya namun dengan gelagat yang beda.

Hyunjin membasahi bibirnya lalu mendorong botol minumnya yang sudah habis setengah, sejak dinyatakan sembuh Hyunjin jadi lebih leluasa lagi untuk minum meski tetap ada aturannya.

"Hanya tidak ingin mengganggu momen Antara ayah dan anak saja."

Kening Nakyung mengerut mendengar alasan dari Hyunjin, kalau hanya itu kenapa anaknya terlihat sangat murung. "Kau iri?" Tanya Nakyung tepat sesaat Hyunjin menundukan kepalanya.

Anak itu terlihat terkejut terbukti saat matanya langsung melotot mengarah pada Nakyung, terlihat lucu saat Hyunjin salah tingkah. "Tidak, Untuk apa!" Jawabnya asal. Namun Nakyung tau itu bukan jawaban sesungguhnya.

Nakyung menarik tangan Hyunjin lalu menggenggam nya, menyalurkan kehangatan yang saat ini di butuhkan anaknya. "Kau hebat, kuat, juga berhati mulia. Ibu yakin suatu saat kalau Taehyung tau kau adalah adiknya dia akan mengucapkan kalau dia sangat beruntung memiliki adik seperti mu."

"Tapi kapan Bu?" Nakyung merasakan sesak, bola matanya bergulir dengan gelisah hanya karena satu pertanyaan singkat.

"Kapan itu bisa terjadi kalau nyatanya kita masih harus menyembunyikan status kita sebagai Ibu juga adiknya."

Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang